Liputan6.com, Jakarta - Dalam komunitas ilmiah, mimpi masih menjadi misteri. Banyak eksperimen telah dilakukan dan banyak teori telah dikemukakan, tetapi para peneliti masih belum sepenuhnya memahami mengapa atau bagaimana kita mengalami mimpi.
Masalah rumit lebih lanjut adalah kenyataan bahwa setiap orang bermimpi, tetapi beberapa orang tidak pernah mengingat mimpi, petualangan bawah sadar mereka. Namun, perbaikan dalam pencitraan otak dan studi fisiologis baru-baru ini telah membawa kita selangkah lebih dekat untuk menjawab pertanyaan mengapa beberapa orang mengingat mimpi mereka lebih dari yang lain.
Advertisement
Baca Juga
Tidak ada penjelasan yang sederhana dan pasti, "Tetapi ada beberapa hal yang berkorelasi," kata Dr. Deirdre Leigh Barrett, seorang profesor psikologi di Harvard Medical School dan penulis The Committee of Sleep, seperti dikutip dari Mental Floss, Senin (6/12/2021).
Barrett membagikan beberapa faktor yang dapat memengaruhi ingatan mimpi Anda. Simak 6 hal berikut ini yang menjadi penentu apakah mimpi dapat diingat atau tidak.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Jenis Kelamin
Wanita mengingat lebih banyak mimpi daripada pria. Para peneliti tidak yakin mengapa, tetapi Barrett mengatakan itu bisa menjadi perbedaan biologis atau hormonal. Atau, wanita mungkin lebih sadar akan mimpi mereka karena mereka lebih tertarik pada mimpi secara umum.
Namun, Barrett mencatat bahwa perbedaan antara pria dan wanita dalam hal ingatan mimpi adalah sederhana. Dengan kata lain, ada banyak wanita dengan ingatan mimpi rendah dan banyak pria dengan mimpi tinggi.
Advertisement
2. Usia
Seiring bertambahnya usia, sering kali semakin sulit untuk mengingat mimpi kita. Kemampuan Anda untuk mengingat mimpi meningkat pada akhir masa kanak-kanak dan remaja dan cenderung mencapai puncaknya pada usia dua puluhan, kata Barrett.
Setelah titik itu, orang sering mengalami penurunan ingatan mimpi secara bertahap. Namun, ada pengecualian dan orang terkadang mengalami yang sebaliknya.
3. Kepribadian
Sekali lagi, ini sama sekali bukan aturan yang menentukan, tetapi tampaknya ada korelasi antara ciri-ciri kepribadian tertentu dan ingatan mimpi yang tinggi. "Orang yang lebih berpikiran psikologis cenderung memiliki ingatan mimpi yang lebih tinggi, dan orang yang lebih praktis dan fokus secara eksternal cenderung memiliki ingatan mimpi yang lebih rendah," kata Barrett.
Selain itu, ingatan mimpi yang lebih baik memiliki korelasi ringan dengan ingatan yang lebih baik saat menyelesaikan tugas memori tertentu selama jam bangun, menurut Barrett.
Advertisement
4. Jumlah Waktu Tidur
Jumlah tidur rata-rata yang didapat seseorang adalah salah satu faktor terpenting yang terkait dengan ingatan mimpi. Orang bermimpi setiap 90 menit selama siklus tidur Rapid Eye Movement (REM).
Namun, periode REM tersebut menjadi lebih lama sepanjang malam, yang berarti Anda paling banyak bermimpi menjelang pagi hari, umumnya tepat sebelum Anda bangun. Jika Anda hanya tidur empat jam dan bukannya delapan, Anda hanya mendapatkan sekitar 20 persen dari waktu mimpi Anda.
Untuk alasan ini, beberapa orang melaporkan mengingat lebih banyak mimpi mereka di akhir pekan, ketika mereka memiliki kesempatan untuk tidur lebih banyak.
5. Aktivitas Otak
Berkat pencitraan otak, para ilmuwan sekarang memiliki gagasan yang lebih baik tentang bagian otak mana yang terkait dengan mimpi. Bagian otak yang memproses informasi dan emosi lebih aktif pada orang yang lebih sering mengingat mimpinya, menurut sebuah studi tahun 2014.
Daerah menuju bagian belakang otak ini yang disebut persimpangan temporo-parietal (TPJ), dapat membantu orang lebih memerhatikan rangsangan eksternal. Pada gilirannya, ini dapat mempromosikan sesuatu yang disebut intrasleep wakefulness.
"Ini mungkin menjelaskan mengapa orang yang memiliki ingatan baik lebih reaktif terhadap rangsangan lingkungan, lebih banyak terbangun saat tidur, dan dengan demikian lebih baik menyandikan mimpi dalam memori daripada yang memiliki ingatan rendah," kata Dr. Perrine Ruby kepada International Business Times.
"Memang otak yang sedang tidur tidak mampu meningat informasi baru, ia perlu dibangunkan untuk dapat melakukannya."
Â
Â
Penulis: Anastasia Merlinda
Advertisement