Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam, Dr Rulli Rosandi SpPD-KEMD menjelaskan bahwa pengidap diabetes atau diabetesi di Indonesia terus meningkat. Hal ini terlihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional dari tahun ke tahun.
Bila pada 2007 persentase pasien diabetes sebesar 5,7 persen, meningkat menjadi 6,9 persen pada 2013. Lima tahun kemudian atau pada 2018 terjadi lagi peningkatan menjadi 10,9 persen.
Menurut Rulli, apabila jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 250 juta, secara hitungan kasar ada sekitar 25 juta penduduk yang mengidap diabetes.
Advertisement
Dan, perlu diketahui juga bahwa saat ini proporsi diabetes pada usia muda di Asia Tenggara jumlahnya lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya.
"Di Asia Tenggara didominasi usia paruh baya --- 40 sampai hingga 59 tahun --- diikuti usia muda --- 20 hingga 39 tahun. Berbeda dengan di Eropa yang didominasi penduduk usia tua --- 60 hingga 79 tahun," kata Rulli yang saat ini berpraktik di Good Doctor dalam webinar bersama LSPR Communication & Business Institute belum lama ini.Â
Baca Juga
Gambaran klinis pada pasien DM di bawah usia 40 di Asia menunjukkan banyak tipe 2 dan sering diawali dengan kegemukan serta 80 persen ada riwayat keluarga.
Yang menjadi masalah dalam diabetes, kata Rulli, adalah komplikasinya seperti stroke, penyakit kardiovaskular, neuropati diabetik, gangguan ginjal, dan gangguan mata.
Dijelaskan Rulli bahwa DM tipe 2 pada usia muda menimbulkan komplikasi yang lebih agresif yaitu komplikasi pada pembuluh darah kecil dan besar lebih cepat timbulnya, berkurangnya usia harapan hidup, mortalitas lebih nyata dibandingkan populasi umum, mortalitas lebih nyata dibandingkan tipe 1, dan komplikasi pembuluh darah besar lebih lebih nyata dibandingkan tipe 1.
Â
Luka Diabetes
Lebih lanjut dijelaskan Rulli bahwa diabetes paling sering mengenai serabut saraf tipe panjang di bagian kaki. Menurut dia, kulit kaki orang diabetes seringkali kering karena terjadi gangguan saraf otonom yang mengeluarkan keringat.
"Karena keringatnya tidak keluar, kulit menjadi pecah-pecah sehingga apabila tidak dirawat dengan diberi pelembap dapat menjadi pintu masuk untuk kuman," katanya.
"Kemudian, kuman berkembang banyak sehingga mulailah luka diabetes," dia melanjutkan.
Lantas, bagaimana dengan pengobatannya?
"Pengobatannya tergantung tipe lukanya. Jadi, kalau ada luka harus dirawat agar tidak tambah naik. Sebuah publikasi dari American Diabetes Association tahun 2018 mencatat bagaimana diabetes bertanggung jawab terhadap 50 persen kasus amputasi di Amerika Serikat," ujarnya.
Jadi, sebelum sampai tahap tersebut, Rulli menganjurkan untuk menjaga betul pola hidup sehari-hari, termasuk pola makan.Â
Jangan sampai kena dulu baru mulai mengontrol apa yang disantap setiap harinya.
"Untuk prediabetes dilakukan pencegahan primer. Orang yang gula darahnya meningkat, tidak normal lagi, tetapi belum diabetes, ada kemungkinan bisa kembali normal," katanya.
"Namun, kalau sudah DM tipe 2, panahnya ke arah kanan, sangat sulit untuk berbalik ke belakang. Oleh sebab itu, lakukan pola hidup sehat dengan mulai berolahraga, kurangi berat badan jika kegemukan, dan perbanyak makan sayuran dan buah-buahan," dia menyarankan.
Advertisement