Liputan6.com, Jakarta Ketidaksetaraan menjadi hambatan untuk mencapai tujuan dan target global serta nasional dalam program penanggulangan human immunodeficiency virus (HIV), tuberkulosis (TB) dan malaria.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ketidaksetaraan membuat program untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat menjadi sulit.
Baca Juga
Ketidaksetaraan ini kemudian diteliti dalam laporan terbaru WHO. Laporan dibuat dengan data global terbaru yang tersedia untuk 32 indikator kesehatan hingga 186 negara.
Advertisement
Hasilnya, rata-rata nasional indikator HIV, TB dan malaria secara umum meningkat dalam dekade terakhir. Namun, subkelompok termiskin, berpendidikan paling rendah dan pedesaan cenderung tetap berada pada posisi yang kurang menguntungkan.
“Meskipun langkah besar telah dilakukan untuk memperluas layanan kesehatan dan upaya pencegahan, kita harus lebih fokus untuk menjangkau penduduk miskin, pedesaan dan berpendidikan paling rendah yang menanggung beban penyakit ini,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan pers Kamis (9/12/2021).
Simak Video Berikut Ini
Contoh Kesenjangan
Contoh kesenjangan yang terjadi adalah adanya selisih 20 poin persentase pada tes HIV laki-laki termiskin dan terkaya di 27 dari 48 negara. Kesenjangan ini meningkat dari waktu ke waktu.
Banyak keluarga yang terkena TB menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk biaya yang berhubungan dengan penyakit terutama jika rumah tangganya miskin. Data dari 21 negara menunjukkan bahwa 20-92 persen rumah tangga menghabiskan setidaknya seperlima dari pendapatan mereka untuk biaya terkait TB.
Untuk malaria, kelompok termiskin yang pendidikannya paling rendah dan tinggal di pedesaan melaporkan tingkat pencarian perawatan tepat waktu yang lebih rendah untuk anak-anak di bawah usia 5.
Advertisement
Mengatasi Ketidaksetaraan
Ketidaksetaraan terkait jenis kelamin yang tinggi juga diukur dalam laporan tersebut. Untuk HIV, di lebih dari separuh negara, pria melaporkan penggunaan kondom yang lebih tinggi daripada wanita.
Tes HIV secara substansial lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki di seperlima negara.
“Pandemi berkembang di atas ketidaksetaraan dan memperburuk ketidaksetaraan, kami telah mempelajari ini dari HIV, TB dan malaria, dan kami telah melihatnya lagi dengan COVID-19,” kata Peter Sands, Direktur Eksekutif Global Fund.
“Untuk mengatasi ketidaksetaraan, kita harus melampaui gagasan sederhana tentang akses yang setara atau satu ukuran untuk semua dan dengan sengaja menciptakan 'ketidaksetaraan kompensasi' dalam penyediaan layanan untuk memfokuskan sumber daya pada yang paling rentan,” tutup Peter.
Infografis Beda DBD dan Malaria
Advertisement