Liputan6.com, Jakarta Guna mewujudkan rencana transformasi sistem kesehatan nasional untuk mengantisipasi pandemi yang akan datang, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin melantik 4 pejabat eselon 1.
Pelantikan dilakukan pada Rabu 15 Desember di Gedung Kemenkes Jakarta. Keempat pejabat eselon 1 itu yakni:
Baca Juga
Indonesia Duduki Peringkat Terendah dalam Akses Obat Inovatif di Asia-Pasifik, Apa yang Perlu Dilakukan?
Penonton DWP Asal Malaysia hingga Thailand Diperas Polisi Lewat Tes Urine, Warganet: Bikin Malu Negara
Rashmita Nalini Rasindran dari Malaysia Juara Miss Charm 2024, Indonesia Hanya Masuk 6 Besar
-Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).
Advertisement
-Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, Apt, M.Pharm, MARS. sebagai Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
-Drg. Arianti Anaya, MKM sebagai Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan.
-Setiaji ST. M.Si sebagai Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan.
Budi pun memaparkan tugas utama dari keempat eselon tersebut dan memiliki pandangan bahwa setiap krisis memberikan kesempatan serta peluang untuk melakukan transformasi yang lebih baik.
“Tugas utama dari bapak ibu adalah memastikan bahwa transformasi sektor kesehatan Indonesia ke depannya menjadi jauh lebih baik,” kata Budi mengutip keterangan pers Kemenkes Kamis (16/12/2021).
“Ini untuk memastikan bahwa Kementerian Kesehatan bisa memberikan pelayanan yang paripurna bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang,” tambahnya.
Simak Video Berikut Ini
Untuk Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Untuk Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Budi mengatakan dalam transformasi ketiga sektor kesehatan nasional, harus dipastikan bahwa sistem ketahanan kesehatan jauh lebih kuat. Terutama didukung oleh tersedianya obat-obatan, alat-alat medis, alat kesehatan, vaksin yang diproduksi, diteliti dalam negeri dan juga didistribusikan sampai ke seluruh pelosok Indonesia.
Kesiapan rantai pasok dari hulu ke hilir dan penguasaan teknologi untuk pengembangan obat-obatan dan alat kesehatan pun harus dibangun di dalam negeri.
“Pengalaman selama pandemi menunjukkan bahaya yang luar biasa besarnya kalau kita tidak mampu mandiri untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan produksi semua obat-obatan dan alat kesehatan yang kita butuhkan di dalam negeri,” ucap Budi.
Advertisement
Untuk Dirjen P2P
Terkait ketahanan kesehatan, peranan dari Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) sangat besar.
Budi mengatakan, Dirjen P2P harus mampu mengendalikan sumber penyakit yang mungkin bukan berasal dari manusia, melakukan surveilans dan monitoring, serta melakukan pencegahan-pencegahan agar jangan sampai wabah penyakit itu terjadi.
“Tindakan-tindakan strategis, persiapan-persiapan strategis harus dilakukan agar proses identifikasi, proses surveilans di sisi hulu dari pencegahan penyakit baik menular maupun tidak menular, seharusnya lebih kita kuatkan dibandingkan dengan hanya merespons di sisi hilir di sisi kuratif pada saat rakyat kita sudah mulai sakit.”
Untuk Dirjen Tenaga Kesehatan
Selanjutnya, untuk Dirjen Tenaga Kesehatan, transformasi ke-5 dari Sistem Kesehatan Nasional adalah terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan. Hal ini sangat menentukan apakah bangsa Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi atau tidak.
Jumlah dokter di Indonesia masih kurang. Dari 1 per 1.000 standar negara-negara Asia, Indonesia masih setengahnya. Indonesia harus mengejar ketertinggalan lebih dari 100.000 dokter dengan kapasitas lulusan per tahun sekitar 12 sampai 15 ribu dokter.
“Jadi tugas pertama yang harus dikejar adalah bagaimana kita bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan juga seluruh pendidikan tinggi, universitas yang ada fakultas kedokterannya untuk dengan cepat mengejar jumlah dokter yang kita butuhkan,” ucap Menkes Budi.
Indonesia juga memiliki masalah lain bahwa distribusi tenaga kesehatan tidak merata. Maka ketersedian dokter harus dipenuhi di semua wilayah di Indonesia.
“Ketersediaan dokter yang merata harus diiringi dengan kualitas dari seluruh tenaga kesehatan.”
Advertisement
Untuk Staf Ahli Menkes bidang Teknologi Kesehatan
Sementara itu, untuk Staf Ahli Menkes bidang Teknologi Kesehatan, peranan teknologi informasi sangat penting untuk mendukung perubahan layanan kesehatan maupun diagnostik kesehatan ke depannya.
Sistem data base yang baik maupun mekanisme kecerdasan buatan, semuanya harus segera diimplementasikan. Tujuannya, agar sistem kesehatan Indonesia bisa memberikan layanan paripurna bagi seluruh rakyat Indonesia di manapun berada.
“Layanan teknologi informasi harus ditujukan untuk melayani rakyat bukan untuk melayani pejabat. Hindarilah aplikasi-aplikasi yang merepotkan seluruh tenaga kesehatan kita hanya untuk memuaskan atau melayani pejabat. Semua aplikasi kita harus diarahkan untuk melayani rakyat,” tegas Menkes.
Tidak hanya 4 pejabat eselon 1, Menkes Budi juga melantik dr. Andi Saguni, MA sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Fatmawati. Ia meminta Rumah Sakit vertikal Fatmawati harus bisa menjadi center of excellent untuk bidangnya, membangkitkan budaya penelitian kesehatan, dan RS Fatmawati harus bisa menjadi pengampu RS lain di daerah sekitarnya dan di seluruh Indonesia.
“Bangunlah jaringan rujukan untuk layanan-layanan yang ada di Rumah Sakit Fatmawati. Didiklah rumah sakit-rumah sakit daerah, rumah sakit swasta agar orang-orang di pelosok daerah, di pulau-pulau terpencil tidak perlu datang ke rumah sakit di ibu kota provinsi untuk memperoleh layanan tertentu,” tutup Budi.
Infografis 8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan COVID-19
Advertisement