Sukses

EUS-RFA Penanganan Alternatif bagi Pasien Kanker Pankreas

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi dan hepatologi Cosmas Rinaldi Lesmana menyampaikan terkait penanganan alternatif kanker pankreas yang disebut Endoscopic Ultrasound-Guided Radiofrequency Ablation (EUS-RFA).

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi dan hepatologi Cosmas Rinaldi Lesmana menyampaikan terkait penanganan alternatif kanker pankreas yang disebut Endoscopic Ultrasound-Guided Radiofrequency Ablation (EUS-RFA).

Menurutnya, kanker pankreas adalah kanker yang terjadi pada pankreas yang terletak di belakang perut dan berperan besar dalam sistem pencernaan tubuh. Gejala awal yang dapat dirasakan pasien mungkin tidak begitu terasa karena menyerupai sakit maag biasa.

“Namun alangkah baiknya jika dilakukan skrining awal ke dokter spesialis. Jika dibiarkan akan semakin ganas dan berakibat fatal,” kata Rinaldi dalam seminar daring Sometech Indonesia, Rabu (15/12/2021).

Penanganan kanker pankreas biasanya melalui operasi. Namun, seiring berjalannya teknologi di bidang kesehatan, kini ada cara penanganan EUS-RFA.

Prosedur RFA adalah tindakan minimal invasive (tanpa bedah) dengan menggunakan jarum untuk mengobati tumor secara lokal.

Sebelum prosedur RFA dilakukan oleh dokter, dokter wajib melakukan tes darah pada pasien, untuk mendeteksi protein CA19-9 serta untuk mengukur kadar hormon insulin, glukagon, dan somatostatin, yang terkait dengan sel kanker pankreas.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 5 halaman

Alternatif Pengobatan

Rinaldi menambahkan, teknologi RFA merupakan salah satu alternatif pengobatan selain operasi, kemoterapi, radioterapi.

Teknologi penerapan ini sangat tepat diberikan kepada pasien tumor atau kanker pankreas berusia lanjut atau di atas 50 tahun.

Dibandingkan dengan operasi konvensional, prosedur RFA ini hanya membutuhkan jarum electrode dengan bekas yang kecil, waktu yang lebih pendek, rasa sakit yang minimal dan minimum efek samping pasca tindakan.

Intervensi yang dilakukan untuk setiap penderita kanker berbeda satu dengan yang lainnya karena terdapat beberapa faktor yang menentukan.

Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Bagian mana yang terjangkit.
  • Seberapa luas penyebaran dan stadiumnya.
  • Usia pasien.
  • Kondisi kesehatan pasien secara umum (menyeluruh).
  • Pilihan/preferensi perawatan yang ada.
3 dari 5 halaman

Kriteria Pasien

Menurut Rinaldi, tidak semua pasien kanker pankreas tepat untuk mendapatkan pengobatan alternatif ini. Adapun kriteria ideal pasien yang dapat menggunakan EUS RFA yakni:

  • Locally advanced cancer (terfokus pada titik tertentu, bukan banyak titik tumor). 
  • Pasien usia lanjut.
  • Pasien memang telah menolak dilakukan tindakan operasi bedah secara konvensional.
  • Pasien sudah tidak layak operasi tetapi masih bisa kemoterapi (opsi dengan terapi kombinasi).
4 dari 5 halaman

Pengalaman Tindakan RFA

Menurut pengalaman Rinaldi selama menangani pasien dengan RFA, pengobatan ini membawa hasil baik pada pasien.

“Berdasarkan pengalaman saya mengobati pasien dengan pancreas insulinoma cancer, dengan melakukan tindakan EUS RFA, setelah lebih 6 bulan dilakukan evaluasi hasilnya membaik, kadar gula pasien tersebut lebih normal.”

“Pasien kanker pankreas dengan jenis pancreas neuroendocrine cancer tidak mau operasi maka dilakukan ablasi (RFA). Setelah setahun dilakukan evaluasi, tumornya hampir hilang, terus mengecil.”

Kasus lainnya, ia menangani pasien kanker pankreas usia 92. Saat ini setelah 6 bulan, tumornya tidak berkembang dan masih stabil.

“Sampai saat ini, beberapa rumah sakit yang dapat membantu pasien mengatasi permasalahan kanker pankreas melalui tindakan RFA, yaitu RS Medistra dan Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Semanggi.”

Hingga kini, tindakan RFA pankreas masih belum bisa diklaim menggunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pasien yang mau melakukan pengobatan dengan tindakan RFA dapat menggunakan biaya pribadi atau asuransi swasta, tutup Rinaldi.

 

5 dari 5 halaman

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?