Sukses

IDI: Penyakit Kronis Bukan Sesuatu yang Sekali Datang Sembuh

Ketua Umum Pengurus Besar IDI dr Daeng M Faqih mengungkapkan bahwa penyakit kronis bukanlah sesuatu yang dapat ditangani dengan waktu singkat.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng M Faqih mengungkapkan bahwa penyakit kronis tak hanya menghabiskan pembiayaan di BPJS Kesehatan, melainkan juga penanganannya lebih rumit.

"Apalagi kemudian penyakit kronis ini tidak secara rutin diobati, kemudian menjadi lebih berat. Itu akan lebih banyak menyerap pembiayaan BPJS dan pelayanannya kompleks," ujar Daeng dalam Diskusi Publik Layanan Tatalaksana Penyakit Kronis Terintegrasi dan Inovatif ditulis Minggu, (19/12/2021).

Tak hanya itu, Daeng menjelaskan bahwa penyakit-penyakit yang masuk dalam kategori kronis juga bisa mempercepat timbulnya penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif sendiri bisa menurunkan sel-sel tubuh dan menurunkan fungsi sel tubuh, yang dapat menyebabkan produktivitas seseorang yang terkena ikut menurun.

"Jadi dua hal ini dari segi kualitas hidup sangat berpengaruh, dari segi pembiayaan di JKN dan pelayanannya juga lebih besar dan rumit," kata Daeng.

Daeng juga menyampaikan bahwa penyakit kronis bukanlah penyakit yang dapat sembuh hanya dengan sekali datang atau dalam waktu singkat.

"Penyakit kronis ini tidak hanya sekali datang, diobati, kemudian sembuh. Berkelanjutan pengobatan dan monitoring juga harus dilakukan dengan baik," ujar Daeng.

 

2 dari 3 halaman

Pelayanan berkesinambungan

 kesempatan tersebut, Daeng menyampaikan bahwa bantuan teknologi yang bisa menghubungkan antara pasien dengan layanan kesehatan menjadi hal yang dinilai dapat membantu.

"Saya kira pemanfaatan teknologi digital untuk mendorong layanan tatalaksana penyakit kronis yang terintegrasi perlu kita dorong supaya betul-betul, kalau istilah saya, continuity of care terhadap penyakit kronis ini," kata Daeng.

Dengan begitu, para pasien penyakit kronis dapat lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan juga lebih cepat.

"Supaya pelayanan penyakit kronis ini bisa dilakukan dengan baik dan yang menderita bisa terawasi dengan baik, ter-monitoring dengan baik" ujar Daeng.

Hal ini selaras dengan ungkapan Head of Medical PT Good Doctor Technology Indonesia, dr Adhiatma Gunawan, yang juga turut hadir dalam kesempatan tersebut.

Good Doctor melakukan studi percontohan dalam kerangka sketsa prolanis (program pengelolaan penyakit kronis) pada pasien diabetes di klinik-klinik BPJS.

Dalam studi percontohan tersebut, klinik BPJS yang menjadi partisipan mendapatkan dukungan dari penyedia telemedisin Good Doctor untuk mengukur efektivitas telekonsultasi dalam pemantauan glukosa darah pasien diabetes di klinik BPJS.

"Kami percaya bahwa telemedisin berpotensi untuk membantu mendorong perkembangan kesehatan pasien, dan bahkan dapat menekan serta mengurangi biaya perawatan kronis BPJS dalam jangka panjang," kata Adhiatma.

3 dari 3 halaman

Infografis