Liputan6.com, Jakarta - Kerap dianggap serupa, refluks asam lambung, heartburn, dan gastroesophageal reflux disease (GERD) memang sekilas terlihat sama. Namun, pada dasarnya ketiganya memiliki arti yang berbeda.
Hal ini dikarenakan sebagian besar kerongkongan terdiri dari otot polos yang memanjang dari tenggorokan ke bawah melalui rongga dada dan, ketika melewati perut, bergabung dengan perut, jelas Ahli gastroenterologi Scott Gabbard MD, dikutip dari Cleveland Clinic.
Di bagian paling bawah kerongkongan, terdapat katup yang memisahkannya dari perut. Katup itu biasanya harus ditutup. Saat Anda menelan, katup itu terbuka sehingga makanan bisa lewat, dan kemudian menutup lagi.Â
Advertisement
Baca Juga
Secara sederhana, refluks asam lambung merupakan kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan atau esofagus, sedangkan GERD adalah refluks asam kronis yang lebih parah.Â
Heartburn merupakan salah satu dari gejala refluks asam lambung dan GERD. Sensasi perih dan terbakar yang dirasakan di dada ketika asam lambung yang naik ke kerongkongan
Â
Â
Refluks Asam Lambung
Refluks asam lambung terjadi ketika katup terbuka pada saat yang tidak seharusnya, sehingga isi lambung (asam, cairan pencernaan, enzim dan/atau makanan) dapat mengalir mundur dari lambung ke kerongkongan dan menimbulkan gejala.
Biasanya, seseorang dapat mengalami refluks hingga satu jam per hari dan tidak merasakannya.
Namun pada beberapa penderita refluks asam yang cukup parah, mereka kerap merasakan heartburn atau rasa terbakar yang terasa di tengah dada, di bawah tulang dada, terutama setelah makan atau pada malam hari saat berbaring.
Advertisement
Refluks Gastroesofageal (GERD)
Refluks gastroesofageal (GERD) merupakan bentuk refluks asam yang paling parah, di mana isi lambung yang mengalir kembali ke kerongkongan.
Asam lambung yang naik ke kerongkongan bisa mengikis dan menyebabkan iritasi, sehingga akan menimbulkan sensasi nyeri pada ulu hati dan juga rasa terbakar pada tenggorokan, atau heartburn.
Biasanya GERD ditandai dengan refluks asam lambung yang berulang dalam jangka panjang. Hal ini juga dapat menyebabkan batuk atau perasaan bahwa ada benjolan di belakang tenggorokan Anda.
Penderita GERD harus dirawat untuk menghindari masalah jangka panjang.
Reporter: Lianna Leticia
Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19
Advertisement