Sukses

Profesor Zubairi Djoerban: Delmicron Bukan Varian Baru Virus Corona

Dipastikan bahwa Delmicron bukan varian baru gabungan Varian Delta dan Omicron

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menekankan bahwa Delmicron bukanlah varian baru dari Virus Corona seperti varian Alpha atau Beta.

Itu berarti tidak benar bahwa Delmicron merupakan gabungan dari varian Delta dan Varian Omicron.

"Artinya, Delmicron cuma istilah yang mengacu pada situasi di mana Delta dan Omicron membuat lonjakan kasus di wilayah tertentu, kayak di Amerika. Di sana Omicron menyumbang 73 persen dari total kasus baru," tulis Zubairi di akun Twitter pribadinya, @ProfesorZubairi.

Saat dikonfirmasi langsung mengenai hal tersebut, Zubairi menjelaskan bahwa seorang anggota Satuan Tugas (taskforce) di salah satu provinsi di India, Mumbai, Dr Shashank Joshi, tengah berdiskusi mengenai lonjakan kasus Corona di sejumlah negara kayak Amerika, Inggris, dan Eropa.

Dr Shashank menyatakan bahwa ada dua varian pencetus terjadinya lonjakan di Amerika dan Eropa. Dua varian yang masing-masing bikin lonjakan kasus COVID-19 adalah Varian Delta dan Omicron.

"Jadi, bukan digabung jadi satu, tidak. Karena dua-duanya bikin lonjakan yang luar biasa, dia pakai istilah Delmicron. Begitu saja," kata Zubairi saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Minggu siang, 26 Desember 2021.

Meski begitu tetap harus waspada terhadap penyebaran dan penularan Varian Delta dan Omicron COVID-19.

"Delta bikin meninggal banyak. Jadi, yang Delta cepat menyebar dan berbahaya banget. Kalau Omicron, lebih cepat lagi menyebarnya tapi angka kematian rendah sekali. Di Inggris sudah beberapa yang meninggal," katanya.

"Jadi, saya tekankan sekali lagi, Delmicron bukan varian baru. Biasanya, varian baru akan mendapat nama tapi namanya berdasarkan abjad Yunani. Ini enggak ada," Zubairi menekankan.

2 dari 4 halaman

Kasus COVID-19 Varian Delta dan Varian Omicron di Dunia

Dalam kesempatan tersebut, Zubairi menyebut bahwa kasus COVID-19 dengan varian Omicron di Inggris jumlahnya sudah tinggi sekali.

Zubairi lalu memaparkan sejumlah negara yang saat ini tengah berjibaku dengan varian Omicron.

1. Thailand : 205

2. Inggris : Per 24 Desember 2021, kata Zubairi, tercatat sudah 114.625 kasus Omicron dan yang meninggal sebanyak 29 kasus.

"Jadi, tidak bisa dibilang juga bahwa Omicron jinak banget. Enggak juga karena ada juga yang meninggal dan 29 orang," katanya.

3. Singapura : 448 kasus Omicron.

3 dari 4 halaman

Kasus COVID-19 Gabungan Delta dan Omicron

Kemudian, Zubairi menjabarkan jumlah kasus COVID-19 gabungan Varian Delta dan Omicron.

1. Amerika : Per hari ini, Minggu, 26 hari ini sudah mencapai 1,3 juta .

2. Inggris : 702ribu per hari ini.

Bagaimana dengan Indonesia? Zubairi menyebut bahwa Indonesia tergolong rendah. Rangking dunianya berada di urutan ke-113 (per Minggu, 26 Desember 2021, pukul 14.00 WIB) dengan kasus per-minggunya sebesar 1.287. 

"Per seribunya Amerika," kata Zubairi.

"Jadi, Indonesia dalam tujuh hari terakhir, angkanya adalah 1.287. Lebih rendah dari Jepang, lebih rendah dari Myanmar, lebih rendah dari Singapura," katanya.

Lebih lanjut Zubairi, mengatakan, Amerika Serikat di waktu yang sama jumlahnya sebanyak 1.228.241 (per tujuh hari), Inggris 613.332, dan Prancis 510ribu.

"Jadi banyak-banyak banget," katanya.

"Indonesia sekarang lagi rendah-redahnya jadi jangan sembrono. Nanti kalau semborono bisa kayak Singapura bisa kayak Eropa, bahaya. Jangan jumawa, tetap waspada," pungkas Zubairi.

4 dari 4 halaman

Infografis Omicron Menyebar dari Afrika Selatan.