Liputan6.com, Jakarta Kasus klitih di Yogyakarta dan sekitarnya mengalami perubahan pola. Kenakalan remaja berupa penganiayaan hingga perampokan ini awalnya hanya menyasar sesama pelajar. Namun, kini korbannya cenderung acak.
Kriminolog Haniva Hasna, M.Krim, menjelaskan terkait alasan terjadinya perubahan pola ini.
Baca Juga
Menurutnya, kenakalan yang dilakukan remaja dipelajari melalui proses interaksi dengan orang lain dan proses komunikasi dapat berlangsung secara verbal, maupun non verbal.
Advertisement
Proses mempelajari perilaku biasanya terjadi pada kelompok dengan pergaulan yang sangat akrab. Dalam keadaan ini, biasanya mereka cenderung berada dalam kelompok di mana mereka diterima sepenuhnya sebagai bagian kelompok.
“Termasuk dalam hal ini mempelajari norma atau aturan yang berlaku dalam kelompok tersebut. Apabila kelompok tersebut adalah kelompok negatif niscaya ia harus mengikuti norma yang ada,” kata kriminolog yang akrab disapa Iva kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks belum lama ini.
Simak Video Berikut Ini
Kenakalan Remaja yang Dipelajari
Ketika kenakalan remaja dapat dipelajari, maka yang dipelajari meliputi:
-Teknik melakukan kejahatan yang kadang sangat sulit, kadang sangat mudah.
-Arah khusus dari motif-motif, dorongan- dorongan, rasionalisasi-rasionalisasi, sikap-sikap.
Kenakalan remaja dalam hal ini bukan hanya bentuknya klitih saja, tapi juga belajar bagaimana merasionalisasi dan membela tindakan-tindakan kelompoknya.
“Seorang pencuri akan ditemani pencuri lain selama waktu tertentu sebelum dia melakukan sendiri. Seorang remaja pelaku penjambretan akan ditemani oleh penjambret lain selama waktu tertentu sebelum dia melakukan sendiri.”
Dengan kata lain, para penjahat juga belajar keterampilan dan berusaha memperoleh pengalaman.
Advertisement
Pola Pikir Abstrak
Di sisi lain, pola pikir remaja yang cenderung abstrak mendorong remaja semakin ingin mengetahui dunia luar. Seperti masuk ke dalam kelompok teman sebaya yang dapat menunjukkan identitas ideal diri yang diharapkan.
Klitih dalam kelompok menjadi salah satu pilihan remaja. Kebanyakan yang mengikuti kelompok klitih hingga gangster adalah remaja yang merasa dirinya tidak dianggap oleh lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggal/masyarakat. Sehingga, mereka mencari kompensasi terhadap perilaku yang dianggap salah oleh orang-orang terdekat mereka.
Gengster terbentuk diawali dari lingkungan pertemanan dan mau mencari pengalaman baru yang menurut mereka menantang adrenalin. Pengalaman dan pertemanan baru ini kemudian menciptakan identitas sosial baru yang diinginkan remaja.
Untuk memperkuat identitas sosial ini, anggotanya harus menyepakati peraturan agar solidaritas terbentuk. Termasuk solidaritas dalam melakukan kejahatan.
Infografis Kekerasan dalam Pacaran
Advertisement