Liputan6.com, Jakarta - Pakar penyakit menular dari University of Maryland, Amerika Serikat Dr. Faheem Younus mengabarkan bahwa dirinya terinfeksi COVID-19.
Kabar ini dibagikan di Twitter pribadinya pada 15 Januari 2022.
Baca Juga
“Berita pribadi: Omicron menginfeksi saya. Dua minggu lalu saya mengalami gejala dan dites positif,” katanya dalam cuitan Twitter dikutip Minggu (16/1/2022).
Advertisement
Dokter yang sering membagikan edukasi seputar COVID-19 lewat Twitter juga merangkum 5 tips sehat menghadapi COVID-19 berdasarkan pengalamannya sendiri.
“Saya membagikan lima pelajaran yang saya pelajari dari pengalaman itu dan berharap Anda akan menemukan manfaatnya.”
Kelima tips itu terkait masker, vaksin, praktikkan yang dinasihatkan, mengingat kematian, dan mengetahui toleransi risiko.
Simak Video Berikut Ini
Masker dan Vaksin Berhasil
Tips atau pelajaran pertama yang didapat Faheem dari pengalamannya terinfeksi COVID-19 adalah masker yang memang berfungsi menghadang COVID-19.
“Masker berfungsi, saya telah berada di sekitar pasien COVID lebih dari 1.000 kali dalam kurang lebih 2 tahun dan tidak terinfeksi karena masker/PPE.”
“Tetapi jadi terpapar hanya dalam 2 hari di pertemuan keluarga karena tak mengenakan masker dan COVID-19 membuat saya sadar bahwa masker bekerja. Pakai N95 atau KN95 kalau bisa."
Pelajaran kedua adalah vaksin berhasil. Menurutnya, vaksin dan dosis penguat berhasil membuatnya kembali bekerja setelah 5 hari.
Artinya, vaksin dapat mencegah seseorang dari keparahan ketika terinfeksi COVID-19. Ia pun mampu menceritakan kisahnya di Twitter alih-alih berjuang bertahan hidup dengan bantuan ventilator.
“Saya berterima kasih kepada vaksin. saya berterimakasih pada Tuhan.”
Advertisement
3 Pelajaran Lainnya
Pelajaran ketiga yang didapat adalah agar menerapkan apa yang dinasihatkan. Selama ini, Faheem memberi imbauan atau nasihat pada pasien COVID-19 untuk melakukan terapi simtomatik.
Terapi ini dilakukan dengan pengobatan pada gejala umum tanpa terfokus pada penyakit utama. Misalnya penyembuhan demam jika ada demam, penyembuhan batuk jika ada gejala batuk.
“Saya tidak membutuhkan antibodi monoklonal, steroid, antibiotik atau paxlovid dan lain-lain. Terapi simtomatik (yang sudah saya bagikan berkali-kali sebelumnya) sudah cukup. Jelas tidak menggunakan ivermectin, HCQ, zinc.”
“Protokol untuk penyakit parah berbeda,” tambahnya.
Pelajaran keempat adalah mengingat akhir atau kematian. Menurutnya, baik kena COVID-19 maupun tidak, kematian akan tetap datang.
“COVID atau tidak ada COVID, sering-seringlah memikirkan kematian Anda sendiri. Ini menempatkan segala sesuatu dalam perspektif dan memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang berani dan bermakna
“Herd immunity is good; herd mentality is bad.”
Pelajaran kelima adalah mengetahui toleransi risiko diri. Hal ini berkaitan dengan kondisi setiap orang berbeda-beda, ada yang jika terinfeksi gejalanya bisa ringan, ada pula yang gejalanya bisa fatal.
“Pertemuan keluarga itu penting bagi saya. Tetapi toleransi risiko Anda bisa berbeda. Patuhi ilmu, lalu ikuti kata hatimu.”
“Semangat, pakai masker KN/N95. Jika COVID masih menyerang Anda, kemungkinan besar Anda akan pulih sepenuhnya,” tutup Faheem.
Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga COVID-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek
Advertisement