Liputan6.com, Jakarta Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA IPB) Prof Dr. Hardiansyah menyampaikan bahwa stunting berkaitan dengan berat badan ibu dan bayi.
Menurut dia, ibu memiliki peran penting dalam menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir.
Baca Juga
Calon ibu hendaknya melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum hamil dan rutin melakukan pemeriksaan saat hamil.
Advertisement
Penambahan berat badan pada ibu di masa kehamilan adalah hal utama, lanjutnya. Sederhananya, bertambahnya usia kehamilan harus diiringi dengan bertambahnya berat badan.
Begitu pula ketika bayi lahir, seiring bertambahnya usia bayi maka berat badan bayi pun perlu bertambah.
“Kalau mengalami berat badan yang stagnan, tidak bertambah, maka pertambahan panjang atau tinggi badan bayi akan mengalami gangguan. Jadi sebelum mengalami gangguan maka cegahlah gangguan tersebut,” kata Hardiansyah mengutip keterangan pers Kementerian Kesehatan Kamis (20/1/2022).
Simak Video Berikut Ini
Berat Badan Bayi Minimal
Ketika bayi lahir, lanjutnya, yang harus diperhatikan ibu adalah berat badan bayi minimal di atas 2,5 kg dengan panjang badan di atas 47 cm.
Seorang ibu juga wajib memberikan ASI eksklusif, yaitu diberikan sampai 6 bulan. Kalau tidak diberikan ASI eksklusif dan anak pernah diare berkali-kali, itu sudah pertanda akan terjadi gangguan stunting jika tidak segera diatasi.
“Ada pangan yang terbukti mencegah stunting saat ibu hamil, yaitu susu, telur, ikan, pangan hewani, dan lauk-pauk. Kemudian pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI eksklusif, susu pertumbuhan, telur, ikan, pangan hewani, lauk pauk, dan berbagai MP ASI diperkaya gizi.”
“Berikan ASI dan MP ASI yang cukup dengan baik, ASI eksklusif sampai 6 bulan, lanjutkan pemberian ASI 6 sampai 23 bulan. Berikan MP ASI yang cukup dan baik pada usia 6 sampai 23 bulan. Jaga kesehatan bayi dan anak melalui imunisasi, kebersihan, stimulasi, kebiasaan baik makan sayur, buah, lauk pauk, dan protein tinggi,” tuturnya.
Advertisement
Terkait Obesitas
Hardiansyah juga menyinggung terkait kondisi obesitas atau kelebihan berat badan. Menurut dia, penyebab obesitas beragam, bukan hanya karena jarang beraktivitas fisik dan terlalu banyak makan.
“Pada orang dewasa atau remaja obesitas bisa karena stres yang menimbulkan inflamasi, kemudian menimbulkan penumpukan lemak. Selain itu, kurang tidur atau kelebihan tidur yang meningkatkan hormon ghrelin jadi pembawaannya lapar terus.”
“Mulailah dengan mengelola faktor penyebab utama seperti stres, terus jangan sampai stres, harus perbanyak aktivitas fisik dan mengatur waktu tidur, pantau berat badan dan lingkar pinggang,” tutup Hardiansyah.
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Advertisement