Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari keluarga Nurul Arifin dan Mayong Suryo Laksono. Kemarin, Selasa 25 Januari 2022, putrinya Maura Magnalia Madyaratri meninggal dunia pukul 05.37 WIB.
Beberapa jam sebelum mengembuskan nafas terakhirnya, Maura masih berbincang dengan ayahnya, Mayong, di meja makan hingga pukul 01.00 pagi. Malam itu, Maura menceritakan soal kesempatan kerja yang ditawarkan padanya.
Baca Juga
"Kemarin dia cerita, 'Ada satu yang minta aku datang', akan mem-follow up tapi di Bali. Baru sampai situ, mungkin kalau misalnya tidak ada apa-apa hari ini, kita akan ngobrol lagi," ujar Mayong pada rekan wartawan ditulis Rabu, (26/1/2022).
Advertisement
Tak hanya itu, Nurul pun menceritakan bahwa putrinya yang berusia 27 tahun tersebut juga memiliki cita-cita sebagai dosen. Maura juga sempat mengajar ekstrakurikuler sains.
"Iya, dia ingin jadi dosen. Sebelum pandemi, dia ngajar ekskul tentang sains. Dia menemukan passion-nya di situ, kayak bapaknya lah. Demennya ngajar, cita-citanya mau jadi dosen," kata Nurul.
Nurul menjelaskan, pandemi COVID-19 membuat kegiatan mendiang putrinya menjadi begitu terbatas. Sehingga menyebabkan frustasi, dan membuat Maura sedang rutin ke psikolog dan psikiater.
"Apa yang saya lihat sekarang, ini memang bentuk frustrasi. Mungkin salah satunya ada unsur akibat pandemi, banyak larangan ini itu. Ini membuat dia tidak bisa bebas berekspresi," ujar Nurul.
"Kelihatannya frustrasinya agak dalam," tambahnya.
Bersikap hangat pada anak
Dalam kesempatan yang sama, Mayong juga menjelaskan bahwa Maura cukup sering bercerita padanya dan Nurul, termasuk soal kekhawatirannya selama ini.
"Ke saya dia dekat sekali, kemudian cerita banyak hal tentang kekhawatiran-kekhawatiran dia. Tapi juga tidak terlalu mendalam," kata Mayong.
Nurul juga menyampaikan pesan pada para orangtua lainnya. Menurutnya, bersikaplah lebih hangat dan lembut pada anak di tengah pandemi.
"Saya berpesan supaya lebih dekat dengan anak-anak. Kemudian jangan emosional menghadapi anak-anak di masa belajar hanya lewat laptop, handphone, dan sebagainya," ujar Nurul.
"Karena saya merasakan, kalau terlalu keras dengan anak, hasilnya adalah anak-anak pemberontak. Jadi kalau bisa berikan cinta sebanyak banyaknya," tambahnya.
Advertisement