Liputan6.com, Jakarta Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FHFA, mengatakan bahwa risiko gagal jantung meningkat pada pasien hipertensi.
Selain hipertensi, faktor risiko lain gagal jantung yakni:
Baca Juga
-Penyakit jantung koroner
Advertisement
-Diabetes
-Riwayat keluarga dengan kardiomiopati
-Paparan toksin
-Penyakit jantung katup
-Gangguan fungsi tiroid
-Rokok
-Sindrom metabolik.
“Berdasarkan data registrasi gagal jantung Pokja menunjukkan kontribusi terbanyak sebagai penyebab gagal jantung di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes,” kata Nauli dalam seminar daring PERKI, Sabtu (29/1/2022).
Simak Video Berikut Ini
Faktor Risiko Tambahan
Selain penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes, faktor risiko tambahan gagal jantung adalah:
-Obesitas (kelebihan berat badan)
-Dislipidemia (lemak darah terlalu tinggi)
-Gangguan fungsi ginjal
-Gaya hidup santai (kurang gerak)
-Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur.
Advertisement
Mengancam Jiwa
Menurut Nauli, gagal jantung adalah penyakit yang mengancam jiwa di mana otot jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan darah dan oksigen pada tubuh.
Penyakit ini bersifat kronis dan progresif. Gagal jantung ditandai dengan rawat inap berulang di rumah sakit yang tinggi karena perburukan penyakitnya.
Jika tidak ditangani dengan baik, angka kematian global akibat penyakit ini diperkirakan dapat meningkat hingga lebih dari 23.3 juta kematian setiap tahun pada 2030.
Masih Menjadi Ancaman
Ia menambahkan, penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia.
Berdasarkan hasil penelitian berjudul Heart failure across Asia: Same healthcare burden but differences in organization of care yang dipublikasikan pada International Journal of Cardiology, jumlah penderita gagal jantung di Indonesia adalah sebesar 5 persen dari total jumlah penduduk.
Angka kematian karena gagal jantung di Indonesia juga tergolong tinggi. Yakni, 17,2 persen pasien gagal jantung di Indonesia meninggal saat perawatan rumah sakit, 11,3 persen meninggal dalam 1 tahun perawatan, dan 17 persen mengalami rawat inap berulang akibat perburukan gejala dan tanda gagal jantung.
Advertisement