Sukses

Segelas Susu Bantu Anak Terbebas dari Stunting, Apa Hubungannya?

Hubungan jelas antara stunting dan rendahnya asupan protein hewani seperti susu pada anak di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi protein hewani seperti telur, ikan, bahkan segelas susu setiap hari terbukti bisa mencegah seorang anak dari stunting.

Stunting tak hanya bikin anak jadi pendek, tapi juga bodoh karena otak yang tidak berkembang. Namun, mimpi buruk tidak akan terjadi jika orangtua memerhatikan betul pola makan anaknya.

Guru Besar Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH menjelaskan bahwa susu memiliki sumber gizi yang lengkap.

Karbodhirat, lemak, vitamin, mineral, dan protein yang terkandung di dalam segelas susu berguna dalam membangun jaringan otot dan tulang ketika berada dalam fase pemulihan setelah beraktivitas atau sakit.

"Semua itu sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak," kata Fika dalam webinar bersama Frisian Flag Indonesia belum lama ini.

Alasan lain segelas susu setiap hari dapat mencegah anak dari stunting, karena cairan satu ini mengandung hormon IGF-1 yang dapat merangsang faktor pertumbuhan dengan meningkatkan penyerapan asam amino.

Menurut Fika, IGF-1 paling melimpah di tulang dan memfasilitasi pertumbuhan dengan meningkatkan penyerapan asam amino yang diintegrasikan ke dalam protein baru di jaringan tulang.

"Susu menurut Peraturan Menkes Nomor 41 tahun 2014 masuk dalam kelompok lauk pauk. Selain ikan, telur, daging, konsumsi protein seperti susu pun bisa mencegah stunting," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Fika yang menjadi salah stu tim peneliti di FKM UI, membeberkan hasil studi tentang stunting yang pernah dia lakukan.

Fika, menjelaskan, stunting berhubungan dengan usia pertama kali anak meminum susu pertumbuhan (di atas 1 tahun), frekuensi minum susu yang ternyata banyak yang kurang dari tiga kali sehari, serta jumlah susu yang diminum anak yang ternyata kurang dari 300 ml atau dua gelas per hari.

"Kebiasaan minum susu di Indonesia memang masih cukup rendah," katanya.

Adapun alasan konsumsi protein hewani di Indonesia rendah karena pengetahuan gizi dan pendidikan ibu yang juga rendah, rendahnya tingkat pemberdayaan ibu, dan pantangan makanan.

"Adanya pengaruh harga menyiratkan peran penting kebijakan pemerintah untuk meningkatkan aksesbilitas dan keterjangkauan protein hewani di negara miskin," katanya.

2 dari 2 halaman

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi