Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis paru RS Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan mengatakan, Indonesia kemungkinan sudah masuk gelombang ketiga COVID-19. Hal ini ditandai dengan peningkatan pasien COVID-19 yang masuk rumah sakit, salah satunya di RS Persahabatan.
"Yang jadi kekhawatiran, mungkin Indonesia sudah masuk gelombang ketiga COVID-19 ini. Karena kasusnya terus meningkat, sistem kesehatan bisa kolaps," kata Erlina saat konferensi pers Perkembangan COVID-19 RS Persahabatan, Rabu (2/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Indonesia juga perlu berhati-hati dengan penularan Omicron yang semakin menyebar luas. Sebagaimana data pasien Omicron di Afrika Selatan, kecepatan penularan Omicron lebih tinggi dibanding varian Delta.
"Penularan cepat dan bisa ditembus pertahanan (imun) kita. Pelu diperhatikan, grafik kasus naik terus. Omicron ini superspreader, yang penularannya sampai 2,9 kali lebih tinggi dibanding varian Delta," lanjut Erlina.
"Dan terjadi juga reinfeksi. Sekali lagi, sebagian besar kasus ini dari Afrika datangnya. Memang gejala Omicron ringan dibandingkan Delta, Alpha atau Beta."
Pasien COVID-19 Naik pada Januari 2022
Direktur Utama RS Persahabatan Agus Dwi Susanto memaparkan, jumlah pasien COVID-19 mulai naik pada Januari 2022. Padahal, akhir tahun 2021, sempat terjadi penurunan pasien yang dirawat.
"Kapasitas tempat tidur COVID-19 per 31 Januari 2022 yang terpakai di rumah sakit kami ada 47 bed. Total untuk COVID-19 ada 56 bed, tapi itu fluktuatif ya. Ada yang masuk dan keluar, sembuh dan pulang," papar Agus.
"Secara keseluruhan, pasien COVID-19 di RS Persahabatan sampai tanggal 2 Februari 2022 puku 04.00 WIB dini hari, ada 156 pasien. Dari jumlah itu, 8 Warga Negara Asing (WNA) dan 148 Warga Negara Indonesia (WNI)."
Dari total 156 pasien di RS Persahabatan, pasien yang pulang sudah cukup banyak ada 91 orang dan yang masih dirawat sebanyak 55 pasien. Data RS Persahabatan juga menunjukkan, pasien COVID-19 non Omicron masih banyak dibanding Omicron.
Walau begitu, Agus menyebut, tren ke depan akan diprediksi kasus pasien Omicron yang akan banyak.
"Kita bisa lihat sejauh ini, kasus non Omicron lebh tinggi dibanding Omicron. Kalau dilihat polanya, ada kecenderungan makin ke sini, proposi 50 persen lebih ke Omicron. Ke depan, diprediksi didominasi Omicron," imbuhnya.
Advertisement