Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta Indonesia bersiap menghadapi gelombang ketiga COVID-19 yang diiringi kenaikan kasus Omicron. Kenaikan kasus COVID-19 pun diperkirakan akan terus terjadi sampai akhir Februari atau awal Maret 2022.
Kewaspadaan, tetap berhati-hati, dan tidak panik menjadi kunci bersama, walau dalam beberapa hari ini kasus baru COVID-19 secara nasional menembus angka di atas 10.000 kasus. Kasus aktif COVID-19 juga melesat signifikan di angka 12.753 kasus (data per 1 Februari 2022).
Advertisement
Baca Juga
"Negara-negara lain udah banyak yang naik kasusnya. Kita tetap waspada, enggak usah terlalu khawatir. Kalaupun kita kena Omicron dan gejala ringan atau tanpa gejala, ya udah di rumah aja. Karena perkiraan saya, kita akan terus naik kasus," terang Budi Gunadi saat diskusi Persiapan Kemenkes Menghadapi Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia, ditulis Rabu (2/2/2022).
"Work From Home (WFH) lebih baik, lebih less risk (risiko rendah). Jangan terlalu panik dan enggak juga sampai, misalnya, lockdown se-Jakarta. Kalau ada satu kantor kena, WFH dulu, masih bisa jalan. Nanti ya balik lagi (kalau kondisi sudah kondusif)."
Masyarakat juga diminta mematuhi protokol kesehatan (prokes) dan segera vaksinasi COVID-19, khususnya di Jakarta. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah berfokus mempercepat vaksinasi booster di Jakarta demi menghadapi lonjakan Omicron.
Total kasus Omicron di Indonesia yang tercatat di Kemenkes per 2 Februari 2022 berjumlah 2.980. Kemudian sebanyak 2.892 kasus Omicron berada di Jakarta.
"Yang kita perlu lakukan, pertama prokes. Kedua, kerumunan jangan dipaksakan. Ketiga, vaksinasi dipercepat, termasuk booster. Saya sama Pak Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta) sedang melakukan percepatan booster di Jakarta," pesan Budi Gunadi.
"Sekarang ini, selain kami minta teman-teman di puskesmas, kami juga minta swasta bisa bantu bikin sentra vaksinasi. Saya akan minta vaksinasi booster dipercepat di Jakarta, karena yang bakal 'perangnya' (medan perang Omicron) duluan kan di sini."
Perkiraan Sebagian Besar DKI Sudah Omicron
Terkait perkembangan Omicron, Budi Gunadi Sadikin menyebut, ketidakpastian masih banyak. Penambahan kasus Omicron di negara lain juga fluktuatif.
"Kita lihat ketidakpastiannya banyak ya. Di Afrika Selatan, peak-nya (puncak) naik, sekarang turun. Di Inggris dan Amerika Serikat juga begitu, naik sekarang turun. Kisaran kenaikan 35-65 hari, habis itu turun," terangnya.
"Kalau Indonesia, Omicron baru terdeteksi pertengahan Desember 2021. Kalau hitung-hitungan saya, akhir Februari atau awal Maret 2022 puncaknya. Angkanya berapa ya saya enggak bisa nebak. Yang penting, prokes rajin, vaksinasi jalan, mudah-mudahan enggak terlalu tinggi (pas puncak Omicron)."
Sebagai upaya peningkatan kapasitas testing varian Omicron, Menkes Budi juga meminta rumah sakit melakukan testing yang bisa mendeteksi varian Omicron. Tes yang dimaksud mirip tumor marker (penanda tumor) dengan tes PCR S-Gene Target Failure (SGFT).
Hal tersebut juga melihat semakin banyaknya kasus baru COVID-19, yang mana memunculkan pertanyaan, apakah sebagian besar kasus konfirmasi saat ini bervarian Omicron?
"Saya sebenarnya juga bertanya-tanya, di kita sudah ada 2.000-an kasus Omicron, nah sisanya (yang kasus konfirmasi COVID-19), Delta, Omicron atau lainnya? Makanya, saya minta rumah sakit bisa melakukan tes kayak tumor marker," imbuh Budi Gunadi.
"Setiap hari kan sampel-sampel dari rumah sakit dikirim dan saya dapat laporan. Omicron di rumah sakit ini segini. Ya, kalau saya kira-kira, sebagian besar Omicron. Feeling saya, sekali lagi ya jujur-jujuran saja, ini feeling saya: sebagian besar di DKI sudah Omicron."
Advertisement
Wisma Atlet untuk Isolasi Omicron OTG dan Ringan
Upaya penanganan Omicron pun berbeda dengan varian Delta. Hal ini melihat lebih banyak pasien Omicron mengalami gejala ringan atau asimptomatik tanpa gejala (Orang Tanpa Gejala/OTG), yang mana mereka bisa dirawat dan isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Jika tidak bisa isoman di rumah, maka dapat dilakukan di isolasi terpusat (isoter). Pemerintah sudah menyediakan fasilitas isoter, seperti di Wisma Atlet dan rusun.
Untuk pasien Omicron gejala sedang-berat maupun lansia atau yang memiliki komorbid diarahkan dirawat di rumah sakit. Terlebih bila membutuhkan terapi oksigen.
"Aturan yang kami bikin, kalau dia OTG dan gejala ringan, disarankan isoman atau isolasi terpusat (isoter). Kalau rumahnya tidak layak isoman, ya isolasi terpusat," jelas Budi Gunadi Sadikin.
"Di Wisma Atlet sekarang, akan kami sortir pasien-pasien COVID-19 yang masuk, sehingga yang masuk Wisma Atlet bisa hanya OTG asimptomatik yang memang tidak atau kurang layak rumahnya buat isoman."
Perkembangan keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR) di RSDC Wisma Atlet Kemayoran (Tower 4, 5,6 dan 7). Tower 6 dan 7 kembali difungsikan optimal untuk perawatan pasien COVID-19.
Jumlah pasien rawat inap di RSD Wisma Atlet per 2 Februari 2022 sebanyak 4.970 orang (2.249 pria, 2.721 wanita). Semula 4.814Â orang, lalu bertambah 156 orang.
Rekapitulasi Pasien Terhitung Mulai Tanggal (TMT) 23 Maret 2020 sampai 2 Februari 2022 pukul 08.00 WIB, antara lain, pasien terdaftar 141.428 orang, pasien keluar 136.458 orang. Rinciannya, pasien rujuk ke RS lain 1.097 orang, sembuh 134.765 orang, dan meninggal 596 orang.
Infografis 5 Tips Atasi Tangan Kering Akibat Sering Cuci Tangan Cegah Covid-19
Advertisement