Sukses

Ulas Film The Tinder Swindler, Benar Enggak Wanita Lebih Pilih Pria Tajir?

Temuan psikolog sejauh ini yang paling kuat adalah bahwa pria dan wanita memiliki karakteristik pasangan ideal yang berbeda.

Liputan6.com, Jakarta - Film dokumenter The Tinder Swindler yang tayang pada 2 Februari 2022 di layanan streaming Netflix seperti membuka mata bagi siapapun yang kerap memanfaatkan aplikasi kencan agar lebih berhati-hati.

Dalam tayangan tersebut, seorang pemuda bernama Simon Leviev seolah mempermainkan beberapa wanita untuk dijadikan 'modal' dalam gaya hidupnya.

Modusnya adalah mengajak wanita yang kepribadiannya cocok di Tinder lalu mengajaknya kencan mewah. Hingga pada waktunya, Simon akan meminjam uang belasan hingga ratusan ribu dolar. Ia lalu memalsukan cek untuk membayar utangnya.

Sejak korbannya meminta bantuan wartawan VG, kini nama Simon dikenal seantero dunia. Ia pernah ditangkap oleh Interpol di Yunani dan diekstradisi ke Israel. Namun ia hanya dijatuhi hukuman hanya 15 bulan penjara atas kasus pencurian dan penipuan di Israel. 

Sejumlah pro kontra di media sosial pun terjadi. Banyak warganet yang menyayangkan korban namun tak sedikit juga yang mencela karena sikap wanita yang dibutakan materi.

Dalam temuan psikologi yang paling kuat sejauh ini adalah bahwa pria dan wanita memiliki karakteristik pasangan ideal yang berbeda. Dari beberapa penelitian di berbagai negara, psikolog secara konsisten menemukan bahwa pria sangat menyukai penampilan daripada isi dompet, sedangkan wanita sebaliknya, seperti dikutip psychologytoday.

Profesor psikologi di Georgia Gwinnett College, David Ludden, Ph.D. mengemukakan berdasarkan teori evolved preferences, pria mencari wanita yang sehat dan subur yang akan melahirkan keturunan berkualitas tinggi untuk mereka. Lebih jauh lagi, pria juga ada yang sampai memperhatikan karakteristik wanita feminin seperti rasio pinggang-pinggul yang rendah, kulit bersih, dan rambut berkilau, merupakan tanda si wanita sehat. Jadi wajar saja jika pria menganggapnya menarik.

Sebaliknya, menurut teori, perempuan berada pada posisi yang tidak menguntungkan secara alami dalam hal memperoleh sumber daya. Mereka secara fisik lebih lemah daripada pria, dan mobilitas mereka terhambat oleh kehamilan dan membesarkan anak. Jadi wanita bergantung pada pria untuk menafkahi mereka dan anak-anak mereka, dan itulah mengapa mereka lebih menghargai sumber daya daripada penampilan pada calon pasangan.

 

2 dari 2 halaman

Wanita suka pria kaya?

Seperti dikutip dari Huffpost, seorang antropolog biologi di Rutgers University yang telah mempelajari cinta romantis secara ekstensif, Dr Helen Fisher menjabarkan hasil penelitian terkait. Penelitiannya telah banyak menunjukkan bahwa wanita menyukai pria berduit, karena mereka membutuhkan seseorang untuk membantu merawat anak-anak mereka kelak.

Sebuah laporan oleh Dr. Catherine Hakim yang dirilis pada bulan Januari pun menunjukkan hal yang sama. Bahkan ada penelitian kontroversial tahun 2009 yang menyebutkan kalau beberapa faktor yang mempengaruhi kenikmatan seks seorang wanita adalah pendapatan pasangannya.

Dalam studi, wanita yang menjadi responden menyebutkan kalau mereka menganggap pria bermobil mencolok berarti pria itu mencari seks tanpa komitmen. Di samping itu, pria tersebut tampak boros yang dianggap tidak akan memiliki keuntungan jangka panjang.

Sebuah studi Fisher membantu mengkonduksi situs Match.com sekaligus menemukan kalau sepertiga responden melaporkan memiliki one-night stand yang berubah menjadi hubungan jangka panjang. Berdasarkan angka-angka itu, ia mengemukakan bahwa wanita mungkin mencoba peruntungan pada pria bermobil sport. Intinya, sama seperti pria, wanita juga memiliki strategi berkencan, yang biasanya hasilnya memang bagus.

"Ia harus benar-benar bekerja untuk mendapatkan Porsche. Kemudian wanita menarik umpannya yang mungkin membuat pria berpikir itu hubungan jangka pendek. Tapi kemudian si wanita berhubungan dengannya dan si pria pun jatuh hati padanya. Sehingga kini bayi mereka bisa ikut mengendarai porsche," kata Fisher.

Sebagai alternatif dari teori evolved preference, psikolog Alice Eagly dan Wendy Wood mengusulkan teori peran sosial dua dekade lalu untuk menjelaskan perbedaan jenis kelamin yang diamati dalam preferensi pasangan. Menurut teori peran sosial, preferensi wanita untuk sumber daya daripada penampilan adalah respons terhadap organisasi sosial saat ini daripada masa lalu.

Pada akhirnya, kecenderungan wanita untuk memilih pasangan karena sumber daya mereka daripada penampilan mereka mungkin telah berkembang dari masa lalu. Data dari tanggapan wanita modern cenderung mendukung gagasan tentang evolved preference, tetapi teori tersebut berbenturan dengan apa yang kita ketahui tentang gaya hidup wanita zaman kini.

Preferensi kawin wanita mungkin juga merupakan respons terhadap peran sosial yang diberikan kepada mereka dalam masyarakat modern. Mungkin wanita akan mencari sumber daya jika mereka tidak perlu khawatir tentang konsekuensi ekonomi dari pilihan kawin mereka. Seperti yang selalu terjadi dalam ilmu-ilmu sosial, penelitian lebih lanjut diperlukan, jelas David.