Liputan6.com, Jakarta Hari ini, 9 Februari 2022, Indonesia kembali memperingati Hari Pers Nasional atau yang juga disingkat menjadi HPN. Sebuah peringatan yang sudah dirayakan sejak 37 tahun lalu tepatnya pada 1985.
Keputusan mengenai HPN tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985. Di sana, Presiden Indonesia kedua, Soeharto mengungkapkan peranan penting yang diampu oleh pers.
Baca Juga
Sempat Mundur dari Jabatan Wakil Bupati, Lucky Hakim Yakin Menang sebagai Calon Bupati Indramayu 2024
Lika-liku Pencalonan Airin Rachmi di Pilkada Banten 2024, Dihujat di TikTok hingga Suami Diperiksa Kejati tapi Elektabilitasnya Tetap Tinggi
Profil dan Nomor Urut Calon Walikota-Wakil Walikota Bandung, Sudah Punya Pilihan?
Menurutnya kala itu, pers nasional memiliki perjuangan dan peranan penting dalam melaksanakan pembangunan pengamalan Pancasila.
Advertisement
Sejak saat itu, Dewan Pers pun selalu memperingati HPN setiap tahunnya secara bergantian di berbagai provinsi.
Kehadiran pers juga tak pernah luput dari peran wartawan. Itulah mungkin mengapa, HPN juga bertepatan dengan hari ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Sebelum diresmikan pada 9 Februari 1985, HPN telah masuk dalam butir keputusan dalam Kongres ke 28 yang dilakukan PWI di Kota Padang, Sumatera Barat pada tahun 1978.
Dalam sidang ke-21 Dewan Pers di Bandung pada 19 Februari 1981, kehendak untuk menetapkan tanggal 9 Februari menjadi HPN diinisiasikan.
Mengenal Bapak Pers Nasional
Nama Raden Mas Tirto Adhie Soerjo atau yang akrab dipanggil Tirtoadisuryo tentu tak asing lagi di dunia pers nasional. Mengutip laman Kebudayaan Kemendikbud, sosok yang lahir di Blora pada 1880 ini dikenal sebagai Bapak Pers Nasional Indonesia.
Gelar Bapak Pers Nasional diberikan padanya oleh Dewan Pers pada 1973. Tentu karena karya dan perjuangan beliau dalam dunia jurnalistik di bumi pertiwi. Uniknya, dahulu Tirtoadisuryo sebenarnya merupakan mahasiswa kedokteran di Stovia Batavia pada tahun 1893 hingga 1900.
Tirtoadisuryo kemudian meniti karir sebagai jurnalis yang menulis berita, merumuskan gagasan, dan pengarang untuk karya non-fiksi.
Karir jurnalistiknya dimulai pada tahun 1901. Tepatnya saat ia memimpin surat kabarnya sendiri, Soenda Berita.
Soenda berita merupakan surat kabar pertama yang dibiayai, dikelola, disunting, dan diterbitkan dengan bahasa Melayu pada tahun 1901. Redaksinya berada di sebuah desa di Cianjur, Jawa Barat.
Setelahnya, Tirtoadisuryo mendirikan surat kabar mingguan Medan Priyayi pada tahun 1909. Di tahun tersebut, ia juga mendirikan perusahaan penerbitan pertama di Indonesia, N.V Javaansche Boekhandelen Drukkerij Medan Priyayi.
Advertisement