Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan psikosomatik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Hamzah Shatri, mengatakan, varian Omicron memiliki kaitan dengan peningkatan gangguan psikosomatik.
Omicron dapat menyebabkan infeksi kemudian menjadi stressor (pemicu stres) yang menimbulkan gangguan psikosomatik.
Baca Juga
Psikosomatik adalah gangguan kesehatan psikis yang dapat menyebabkan atau memperparah penyakit fisik sehingga masyarakat perlu untuk mengenali gejala-gejalanya dan bagaimana pengelolaannya.
Advertisement
Di sisi lain, sebelum adanya Omicron, pandemi COVID-19 yang terjadi sejak 2020 hingga kini telah menjadi stressor berkepanjangan.
“Kondisi selama dua tahun ini menjadi suatu stressor berkepanjangan yang menimbulkan stres, stres, dan stres yang tentunya dapat menimbulkan gangguan psikosomatik,” kata Hamzah dalam seminar daring yang ditayangkan dalam kanal YouTube Medicine UI, dikutip Kamis (10/2/2022).
Psiko dan Somatik
Secara sederhana gangguan psikosomatik terdiri dari dua hal yakni psikis dan somatik. Psikis meliputi beberapa gangguan seperti:
- Gangguan cemas (ansietas)
- Depresi
- Gangguan tidur
- Fatigue (lelah) akut maupun kronik
- Sindrom lelah kronik
Sedangkan, gangguan somatik dapat berupa kambuhnya berbagai penyakit somatik seperti:
- Maag kambuh
- Tidak nafsu makan
- Hipertensi hingga darah tidak terkontrol
- Serangan jantung akut
- Stroke
- Penyakit lain hingga kematian
"Masalah psikis bukan suatu hal yang kecil karena dalam kondisi-kondisi tertentu bisa menjadi masalah besar. Maka dari itu dibutuhkan dukungan psikologis dan sosial," kata Hamzah.
Simak Video Berikut Ini
Bisa Terjadi pada Siapa Saja
Lebih lanjut, Hamzah menerangkan bahwa gangguan psikosomatik dapat terjadi pada semua orang. Baik yang terinfeksi Omicron maupun yang tidak.
Hal ini dapat dipicu berbagai kekhawatiran seperti:
-Khawatir tertular
-Khawatir mendapat stigma dari masyarakat jika tertular
-Pengalaman pandemi yang traumatis
-Ingatan traumatis tentang penyakit parah yang sebelumnya sempat dialami keluarga atau teman
-Isolasi sosial
-Kesulitan keuangan dan pengangguran
-Stres pada pekerja sektor esensial terutama pada petugas kesehatan.
Menurut Hamzah, setiap orang memiliki kemampuan adaptasi atau coping terhadap gangguan psikis. Jika adaptasinya bagus, maka hasilnya akan bagus dan terhindar dari stres.
Guna menghindari masalah-masalah psikologis, cara adaptasi yang bisa dilakukan di antaranya olahraga, melakukan hal-hal positif, dan melakukan aspek spiritual dengan baik.
“Kalau pun terjadi gangguan psikis, biasanya ringan dan bisa diatasi sendiri. Namun, jika maladaptive seperti tidak dapat mengikuti aturan-aturan protokol kesehatan dengan baik, maka dampaknya bisa besar,” ujar Hamzah.
Advertisement