Sukses

Deteksi Dini, Kenali 6 Metode Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung sejatinya tidak hanya menyerang orang dengan usia lanjut tetapi juga bisa menyerang orang dengan usia produktif.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia, penyakit jantung sejatinya tidak hanya menyerang orang dengan usia lanjut tetapi juga bisa menyerang orang dengan usia produktif. Salah satunya penyakit jantung yang sering ditemui adalah jantung koroner.

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah ke jantung mengeras dan mengalami penyempitan. Biasanya kondisi ini dipicu oleh penumpukan kolesterol dan pembekuan darah di dalam arteri (aterosklerosis). Penyempitan arteri inilah yang menyebabkan aliran darah dan oksigen ke jantung menjadi berkurang, akibatnya organ tersebut tidak dapat berfungsi normal.

dr. Didi Kurniadhi, Sp.PD-KKV, FINASIM, FICA menyebutkan kalau penyakit jantung koroner seringkali muncul secara tiba-tiba, tanpa gejala/ keluhan, dan langsung berakibat fatal.

"Mendiagnosis Penyakit Jantung Koroner (PJK) memang terkadang sulit, karena PJK seringkali tanpa adanya gejala/ keluhan. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pemeriksaan, untuk mengetahui faktor risiko yang dimiliki, sehingga dapat mencegah terjadi serangan jantung yang dapat berakibat fatal," sebut dr. Didi Kurniadhi dikutip dari laman emc.id

Sebagai langkah awal diagnosis, dokter biasanya akan menanyakan tentang gejala jantung koroner yang dirasakan, pola hidup, riwayat kesehatan keluarga, serta melakukan pemeriksaan fisik untuk menunjang diagnosa penyakit jantung yang diderita.

"Jika hasil pemeriksaan awal Anda memiliki keluhan seperti: nyeri daerah dada maupun sesak, maka pada pengkajian fisik akan dilakukan serangkaian pemeriksaan pada tubuh Anda agar dokter dapat mengetahui apakah keluhan anda tersebut merupakan penyakit jantung koroner atau bukan," jelas dr. Didi Kurniadhi, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular di RS EMC Pulomas.

2 dari 3 halaman

Metode Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner

Ada beberapa metode pemeriksaan yang akan dijalani pasein untuk mengonfirmasi diagnosis:

1. Pemeriksaan rekam listrik jantung (EKG)

Aktivitas listrik otot jantung ini penting untuk mendeteksi gejala awal penyakit jantung koroner. Pemeriksaan EKG dilakukan pasien dalam posisi berbaring di atas tempat tidur.

"Pemeriksaan ini baik untuk mendeteksi serangan jantung namun sering kurang sensitif/ akurat untuk penderita PJK stabil. Hasil EKG yang tidak normal bisa mengindikasikan Anda menderita PJK," sebut dr. Didi Kurniadhi.

2. Pemeriksaan uji latih jantung (Treadmill)

Pada pemeriksaan ini, pasien berjalan atau berlari pada sebuah alat treadmill di mana tingkat beban latihan akan terus ditingkatkan untuk melihat toleransi/kemampuan jantung Anda. Selama pemeriksaan berlangsung, dokter akan memonitor EKG, denyut jantung, dan tekanan darah Anda secara bersamaan.

3. Pemeriksaan USG jantung (Echocardiogram)

Pemeriksaan yang sejenis dengan USG ini digunakan untuk melihat struktur, anatomi dan gerak jantung Anda hingga membentuk sebuah gambar jantung secara mendetail. Tes ini juga memeriksa tingkat kinerja jantung.

 

3 dari 3 halaman

Tindakan Minimal Invasive Penyakit Jantung Koroner

4. Multislice CT scan cardiac

Pemeriksaan ini dilakukan terutama untuk mendeteksi adanya PJK dengan melihat/memfoto gambaran dari pembuluh darah koroner dan kondisi lebih mendetail pada struktur jantung yang mungkin tidak nampak pada pemeriksaan lain.

5. Kateterisasi jantung (Angiografi Koroner)

Kateterisasi jantung merupakan tindakan minimal invasive menggunakan sinar X-Ray dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah tepi (tangan/paha) sampai mencapai pembuluh darah koroner, dilanjutkan dengan pemberian zat kontras untuk memfoto secara langsung pembuluh darah koroner.

"Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah jantung (arteri koroner) secara akurat, sehingga sampai saat ini masih merupakan pemeriksaan baku emas (gold standard) untuk mengetahui & menilai penyumbatan di pembuluh darah koroner (PJK)," jelasny dr. Didi Kurniadhi.

Apabila diperlukan, maka tindakan kateterisasi jantung dapat dilanjutkan dengan pembalonan atau pemasangan ring/stent (PCI), untuk membuka kembali pembuluh darah yang menyempit/tersumbat.

6. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium umumnya yang berhubungan dengan faktor risiko PJK, dan biasanya digunakan untuk stratifikasi risiko dan probabilitas awal penyakit jantung koroner pada seorang individu.

Jika Anda atau anggota keluarga memiliki keluhan seperti nyeri dada, sesak napas, atau gejala lain yang mirip seperti gejala jantung koroner, jangan ragy untuk segera memeriksakan kesehatan tubuh. Konsultasi dengan dokter spesialis jantung agar selanjutnya bisa dilakukan tes pemeriksaan terhadap risiko penyakit jantung koroner.

Periksakan diri lebih dini akan lebih baik sebelum gejala dan keluhan semakin memburuk.

(*)