Sukses

Rentang Kehamilan Terlalu Jauh Tingkatkan Risiko Preeklampsia pada Ibu

Preeklampsia tidak akan terjadi bila pasangan memerhatikan rentang kehamilan

Liputan6.com, Jakarta Secara medis rentang waktu yang terlalu singkat antar kehamilan dapat berisiko bagi ibu, bayi, dan janin baru. Di sisi lain, jarak kehamilan terlalu lama juga memiliki risiko tersendiri.

Menurut dokter kandungan, Prof Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) MPH, penelitian menyebutkan bahwa jarak kehamilan yang terlalu lama --- lebih dari enam tahun dapat --- meningkatkan risiko preeklampsia atau komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi.

"Sudah ada penelitian yang menghasilkan data bila kehamilan berikutnya yang rentangnya terlalu lama, lebih dari 6 tahun, ibu akan lebih berisiko menderita preeklampsia,” kata dokter yang akrab disapa Ovy kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Walau demikian, Ovy menambahkan bahwa hal ini dapat diatasi dengan perencanaan kehamilan.

“Tetapi ini bisa diatasi dengan perencanaan kehamilan yang baik dan ibu dipastikan sudah dalam kondisi sehat dan bugar serta usia masih kurang dari 35 tahun," katanya.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Jarak Kehamilan Ideal

Idealnya, jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya adalah 2-3 tahun, lanjut Ovy.

“Dari penelitian yang sudah banyak dilakukan, rentang waktu terbaik antara satu kehamilan dan kehamilan berikutnya adalah minimal 2-3 tahun,” ujar Ovy.

Rentang 2-3 tahun setelah kehamilan sebelumnya juga berkaitan dengan kondisi ibu. Jika kehamilan berikutnya kurang dari 2-3 tahun maka dapat meningkatkan risiko komplikasi persalinan pada ibu.

“Jarak antar kehamilan kurang dari itu akan meningkatkan komplikasi persalinan pada ibu, karena belum cukup waktu untuk mengembalikan kondisi dan kebugarannya setelah masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.”

3 dari 4 halaman

Risiko Lainnya

Selain berisiko untuk ibu, rentang waktu antar kehamilan yang terlalu singkat juga berisiko bagi bayi.

“Untuk bayi yang sudah dilahirkan kerugiannya tidak mendapatkan lagi ASI eksklusif selama 2 tahun.”

Lebih jauh, hal ini juga dapat menurunkan kualitas pendampingan ibu pada anak secara fisik maupun psikologis sehingga si anak akan lebih berisiko mengalami stunting dan gangguan pertumbuhan lainnya.

Kerugian juga dapat dirasakan oleh janin yang akan dikandung di kehamilan berikutnya jika rentang waktunya terlalu singkat.

“Untuk janin yang akan dikandung pada jarak kurang dari dua tahun dari kehamilan sebelumnya juga akan lebih berisiko menderita stunting (berdasarkan banyak penelitian).”

“Karena dengan jarak waktu kurang dari dua tahun sudah hamil lagi umumnya ibu belum berhasil mengembalikan kesehatan dan kebugaran tubuhnya secara optimal,” kata Ovy.

Intinya, lanjut Ovy, boleh memiliki lebih banyak anak asalkan usia saat kehamilan pertama sudah 19 tahun atau lebih dan tidak hamil setelah usia 35. Jarak antara satu kehamilan dan kehamilan berikutnya 2-3 tahun, dan saat hamil ibu sudah harus siap.

Kesiapan ibu saat hendak kembali hamil ditunjukan dengan hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan bahwa ibu dalam kondisi sehat dan bugar.

4 dari 4 halaman

Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin COVID-19