Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis kulit dan kelamin Klinik Pramudia, Anthony Handoko mengungkapkan bahwa ada beberapa kesalahan dalam persepsi masyarakat terkait jerawat.
"Dalam beberapa dekade terakhir terjadi downgrading dan mispersepsi yang salah pada masyarakat awam terhadap jerawat (acne vulgaris) serta penanganannya," ujar Anthony dalam seminar media secara daring ditulis Jumat, (25/2/2022).
Baca Juga
Terlebih, menurut Anthony, ada pula mitos-mitos yang beredar terkait jerawat. Lalu apa sajakah itu? Berikut diantaranya.
Advertisement
1. Hanya dialami ketika masa remaja, tidak terjadi pada orangtua. Faktanya, jerawat juga bisa terjadi pada orang tua karena berkaitan dengan hormon.
2. Jerawat hanya muncul di area wajah. Faktanya, jerawat juga bisa muncul di area seperti dada, punggung, lengan, dan leher.
3. Jerawat harus di facial atau dipencet hingga isinya keluar dengan tuntas. Faktanya, memencet jerawat terutama dengan kondisi tangan yang tidak higienis dapat menyebabkan bakteri masuk dan menimbulkan jerawat lainnya.
4. Jerawat dapat diobati dengan skincare atau facial di salon. Faktanya, menurut Anthony, skincare hanya dapat membantu merawat kondisi kulit yang baik. Bukan mengobati jerawat yang sedang meradang.
5. Jerawat disebabkan oleh konsumsi makanan tertentu seperti kacang, makanan berlemak, dan lain-lain. Faktanya, begitu banyak penyebab terjadinya jerawat yang tidak berkaitan dengan asupan makanan.
6. Jerawat hanya terjadi saat menstruasi dan bisa sembuh sendiri. Faktanya, jerawat bisa muncul bahkan saat Anda tidak sedang mengalami menstruasi.
7. Menyebut jerawat dengan istilah jerawat batu, jerawat buntet, dan lain-lain. Faktanya, istilah tersebut tidak ada dalam ranah medis.
Penyebab munculnya jerawat
Dalam kesempatan yang sama, Anthony juga menjelaskan hal-hal apa saja yang dapat memicu munculnya jerawat. Serta, betapa pentingnya untuk tidak meremehkan jerawat yang muncul.
"Penyebab jerawat bukanlah disebabkan oleh satu hal saja, tetapi merupakan hasil gabungan dari beberapa penyebab dan faktor risiko termasuk gaya hidup pasien," ujar Anthony.
"Selain itu yang terpenting adalah pemahaman dan mindset pasien yang benar, tidak menganggap remeh terhadap penyakit jerawat, serta pasien mengerti kemana untuk mendapatkan penanganan yang tepat," tambahnya.
Anthony menuturkan, meskipun jerawat tidak mematikan, penting untuk tetap dapat membedakan mana mitos dan fakta yang beredar.
Advertisement