Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K)., M.Si mengatakan bahwa jarak atau interval pemberian vaksin penguat (booster) yang mulanya 6 bulan menjadi 3 bulan setelah vaksin dosis kedua bukanlah ide sesaat atau hasil mengarang.
“Dimajukan itu karena sudah hasil kajian. Dulu yang 6 bulan itu ngambil dari data luar negeri, tapi ternyata lansia di Indonesia dalam waktu 3 bulan antibodinya sudah menurun. Ini diteliti di Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Eijkman,” kata profesor yang yang akrab disapa Miko dalam seminar daring Herohelp.id belum lama ini.
Baca Juga
Lunasi Janji, Marselino Ferdinand Beri Jersey ke Ganindra Bimo Usai Kemenangan Timnas Indonesia dari Arab Saudi
Ini Syarat yang Harus Dipenuhi Timnas Indonesia Jika Ingin ke Piala Dunia 2026, Harus Bisa Kejar Runner Up
Mengapa Eliano Reijnders Tak Dimainkan oleh Pelatih Shin Tae-Yong di Timnas Indonesia? Diduga karena Performanya Turun
Antibodi lanjut usia (lansia) akan menurun setelah tiga bulan suntikan dosis kedua vaksin primer. Jika tidak menerima booster, dikhawatirkan antibodinya semakin menurun sehingga tak terlindungi dari virus dan berakhir dengan kematian.
Advertisement
Di sisi lain, pasien lansia merupakan kelompok yang angka kematian akibat COVID-19-nya memang tinggi di Indonesia.
“Jadi, memajukan (jarak vaksinasi) itu bukang ngarang-ngarang, bukan ide sesaat, bukan niru dari luar negeri,” tambahnya.
Simak Video Berikut Ini
Bagi Anak
Selain pada lansia, COVID-19 juga berbahaya bagi anak, lanjut Miko. Terutama yang belum divaksinasi atau baru satu kali vaksin COVID-19.
Beberapa kelompok anak lainnya yang memiliki risiko tinggi terkena gejala parah adalah:
- Anak dengan komorbid atau penyakit penyerta seperti obesitas, autoimun, pengonsumsi obat yang menurunkan kekebalan tubuh seperti obat kanker, diabetes, asma, dan lain-lain.
- Anak dengan penyakit kronik seperti kanker darah dan kanker lainnya.
- Anak yang sering berkerumun dengan orang dewasa yang sering bekerja di luar rumah.
Advertisement
Pencegahan
Maka dari itu, Miko menyarankan pencegahan infeksi COVID-19 terutama varian Omicron pada anak hingga lansia.
Pencegahan dapat dilakukan dengan selalu memakai masker. Hal ini penting lantaran virus masuk lewat lubang hidung atau mulut. Setelah masuk, virus menempel di reseptor atau cantolan di saluran napas. Kemudian masuk ke dalam sel, menyebar ke paru, dan berada di dalam darah.
“Jika masker menutup lubang hidung, mulut, dan pemakaiannya tidak longgar atau melorot maka varian apapun tidak bisa masuk.”
Miko juga mengimbau para orangtua yang masih beraktivitas di luar rumah dan sering menggunakan kendaraan umum agar sering mencuci tangan.
“Bila perlu di rumah pakai masker, tidak berkerumun di ruang tertutup lebih dari 15 menit,” kata Miko.
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi COVID-19
Advertisement