Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis kulit dan kelamin Klinik Pramudia, Anthony Handoko mengungkapkan bahwa penanganan jerawat sebenarnya kurang tepat apabila hanya dilakukan dengan mengaplikasikan skincare.
Menurutnya, skincare lebih tepat diberikan pada kulit yang memang sedang dalam kondisi baik, yang mana fokusnya hanya untuk merawat, bukan menyembuhkan atau mengobati.
Baca Juga
Hal ini dikarenakan jerawat pada dasarnya merupakan sebuah infeksi kulit, yang mana harus ditangani dengan tepat sesuai dengan kaidah pengobatan medis.
Advertisement
"Fakta ilmiah mencatat bahwa jerawat atau yang secara medis disebut acne vulgaris sebenarnya termasuk golongan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri," ujar Anthony dalam seminar media secara daring ditulis Selasa, (1/3/2022).
Anthony menjelaskan, penanganan jerawat secara medis dapat dinilai dari tingkat keparahan yang terjadi. Lalu, bagaimanakah cara membedakan jerawat secara medis? Berikut penjelasannya.
Menurut Anthony, hingga saat ini, terdapat tiga jenis kategori untuk jerawat yakni ringan, sedang, dan berat. Serta, terdapat pula kategori dari segi bentuk.
"Jika dilihat dari segi bentuknya, maka jerawat dapat dikategorikan sebagai jerawat kecil, bernanah, serta benjolan yang besar," kata Anthony.
"Sedangkan, dari segi lokasi, jerawat dapat terjadi di wajah, dada, punggung dan lengan," tambahnya.
Sehingga, semakin parah atau semakin luas lokasi penyebaran jerawat, maka akan semakin diperlukan juga pengobatan yang berbeda, yang mana disesuaikan dengan tingkat keparahan yang terjadi.
Cara menangani jerawat
Dalam kesempatan yang sama, Anthony juga mengungkapkan bahwa penanganan untuk bekas jerawat tidak dapat dilakukan secara bersamaan dengan penanganan jerawat yang sedang aktif.
"Pengobatan untuk bekas jerawat yaitu bolong, parut, dan bekas hitam baru dapat diberikan setelah jerawat tidak aktif lagi,” ujar Anthony.
Pengobatan pada jerawat yang sedang aktif pun harus dilakukan secara terukur. Dalam kondisi ini, pengobatan harus diberikan secara bertahap dalam jangka sedang hingga panjang.
"Bukan dengan pengobatan instan. Dibutuhkan keterlibatan komitmen, disiplin dan kerjasama pasien dalam mengikuti instruksi agar pengobatan dapat berjalan dengan baik, benar dan tepat," kata Anthony.
Advertisement