Liputan6.com, Jakarta Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Iris Rengganis menyampaikan individu dengan penyakit penyerta (komorbid) memiliki risiko lebih tinggi kembali terkena atau reinfeksi COVID-19.
"Dibandingkan dengan populasi sehat, jelas reinfeksi pada komorbid dapat lebih tinggi. Apalagi dengan adanya mutasi virus dan varian baru seperti Omicron," kata Iris dalam diskusi bersama BNPB pada Rabu, 2 Maret 2021.
Baca Juga
Orang dengan komorbid seperti diabetes, hipertensi serta autoimun memiliki antibodi yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi sehat. Reinfeksi bisa terjadi karena sistem imun tubuh sudah mulai lemah atau tidak dapat mendeteksi virus yang masuk ke dalam tubuh.
Advertisement
"Varian baru itu timbul karena ada mutasi sehingga bisa saja tidak dikenali lagi oleh sistem imun kita setelah ada mutasi kesekian kali, karena vaksin dibuat sesuai dengan jenis virus yang beredar ketika itu," kata Iris mengutip Antara.
Prokes dan Vaksinasi Lengkap Bahkan Booster
Selain disiplin protokol kesehatan untuk menghindari reinfeksi, menurutnya, kekebalan kelompok melalui vaksinasi juga harus ditingkatkan. Apalagi, saat ini varian Omicron masih beredar di dalam negeri.
"Kalau sebelumnya WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyampaikan 'herd immunity' (kekebalan komunal) 70 persen cukup, tetapi dengan adanya Omicron saya tidak yakin cukup, diharapkan 85 hingga 90 persen," katanya.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 per 2 Maret 2022, warga Indonesia yang telah menerima dosis vaksin secara lengkap sudah lebih dari 70 persen dari populasi atau 190,9 juta.
Advertisement