Liputan6.com, Jakarta - Pasien di Rumah Sakit Novovolynsk, Ukraina Barat harus pindah dari fasilitas modern di atas tanah ke tempat perlindungan bom bawah tanah era 1950-an.
Ruang perawatan bawah tanah diatur seadanya agar dapat menampung hingga 300 orang. Dipindahkannya para pasien ke tempat yang lebih aman lantaran perang antara Ukraina dengan Rusia masih berlanjut.
Baca Juga
“Dalam satu hari, sirine serangan udara berbunyi pada 5 waktu yang berbeda. Pasien kami sebagian besar adalah orang tua dan beberapa menggunakan kruk dan menghadapi kebutuhan kesehatan yang akut. Mereka tidak bisa terus turun ke bunker,” kata Oleh Shypelyk, Kepala Rumah Sakit mengutip keterangan pers World Health Organization (WHO) Jumat (4/3/2022).
Advertisement
Menurutnya, rumah sakit bawah tanah ini dilengkapi dengan 3 kamar operasi. Unit gawat darurat menyediakan perawatan medis reguler dan 6 tim merawat yang terluka. Rumah sakit ini dilengkapi generator untuk memastikan pasokan listrik terus menerus.
Simak Video Berikut Ini
Mempersiapkan Berbagai Skenario
Walau rumah sakit bawah tanah lebih aman dari rumah sakit biasa, petugas kesehatan tetap mempersiapkan berbagai skenario jika suatu ketika rumah sakit tersebut menjadi sasaran serangan militer.
“Kebutuhan utama genset tambahan untuk memastikan pasokan listrik ke bangsal dengan pasien COVID-19 dan ke rumah sakit bersalin, karena wanita harus melahirkan terlepas dari apakah ada perang atau COVID-19,” kata Oleh.
“Kami juga perlu menyediakan minimal 2 genset ke shelter, karena jika terjadi bom, kami tidak akan bisa memindahkan semua peralatan ke shelter. Kami juga membutuhkan peralatan bedah tambahan. Jika rumah sakit akan dibom, kita harus siap untuk itu.”
Advertisement
Melindungi Petugas Kesehatan
Dalam keterangan yang sama, perwakilan WHO Dr Jarno Habicht mengatakan bahwa selain pasien, petugas kesehatan juga perlu dilindungi.
“Petugas kesehatan harus dilindungi untuk terus menyelamatkan nyawa. Demikian pula, fasilitas kesehatan harus dilindungi dan tetap berfungsi, aman, dan dapat diakses oleh semua yang membutuhkan layanan medis penting,” katanya.
Sementara itu, situasi pasokan oksigen juga berada pada titik yang sangat berbahaya di Ukraina. Truk tidak dapat mengangkut pengiriman oksigen dari pabrik ke rumah sakit di seluruh negeri, termasuk di ibu kota Kyiv.
Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh situasi saat ini, WHO secara aktif mencari solusi untuk meningkatkan pasokan. Ini kemungkinan akan mencakup impor oksigen (cairan dan silinder) dari jaringan regional.
Pasokan ini akan membutuhkan transit yang aman, termasuk melalui koridor logistik melalui Polandia. WHO juga bekerja untuk memastikan pasokan perangkat medis terkait oksigen dan pasokan perawatan trauma.
Direktur Jenderal WHO telah mengumumkan pengeluaran tambahan US$ 3,5 juta dari Dana Kontingensi WHO untuk Keadaan Darurat (CFE) untuk membeli dan mengirimkan pasokan medis mendesak. Dukungan kesehatan kemanusiaan WHO diperkirakan akan meningkat setelah penilaian kebutuhan lebih lanjut. Bantuan ini melengkapi perawatan trauma dan persediaan medis yang telah dibantu oleh WHO untuk ditempatkan di fasilitas kesehatan.
“Kami akan terus memberikan perhatian dan dukungan kepada orang-orang di seluruh Ukraina yang terkena dampak serangan militer ini. Kesehatan untuk semua, dalam semua keadaan, terletak di jantung misi dan mandat kami,” tutup Jarno.