Liputan6.com, Jakarta Sejak pandemi COVID-19, pembatasan aktivitas di luar rumah jadi hal yang lumrah. Segala kebiasaan pun dialihkan agar tetap bisa dilakukan di rumah, termasuk olahraga.
Dokter spesialis kedokteran olahraga Sophia Hage mengungkapkan durasi total untuk berolahraga yang diberikan oleh American College of Sports Medicine dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 150 menit per minggu.
Baca Juga
"Jadi contoh misalkan kita bicara soal frekuensi, bisa tiga kali dalam seminggu. Tapi karena kita mau targetnya sesuai rekomendasi 150 menit per minggu, jadi kalau tiga kali dalam seminggu, satu kalinya harus 50 menit," ujar Sophia dalam siaran langsung bersama Kementerian Kesehatan ditulis Minggu, (6/3/2022).
Advertisement
Namun apabila Anda tidak memiliki waktu 50 menit untuk berolahraga, Anda pun bisa mengaturnya lewat menambahkan frekuensi. Seperti menjadi lima kali dalam seminggu, masing-masing 30 menit.
"Buat orang-orang yang enggak punya banyak waktu panjang. Tapi bisa meluangkan waktu 30 menit dalam sehari. Konsekuensinya lakukan itu almost everyday atau hampir setiap hari," kata Sophia.
Tak berhenti di situ, jika melihat olahraga dari aspek intensitas, maka hal tersebut akan bergantung dengan tujuan dilakukannya olahraga.
Hal ini juga akan bergantung pada risiko kesehatan yang dimiliki seseorang. Mengingat pilihan olahraga yang bisa dilakukan pun akan berbeda.
"Kalau kita mau mencegah obesitas, berarti kita belum kelebihan berat badan, intensitasnya boleh main di tinggi, sedang, atau rendah. Tergantung dari risiko kesehatan kita," ujar Sophia.
"Tapi kalau misalkan kita punya risiko kesehatan, seperti saya punya riwayat tekanan darah tinggi atau gangguan gula darah, maka saya tidak boleh main di olahraga intensitas tinggi. Tapi sedang," tambahnya.
Olahraga untuk mengobati obesitas
Sedangkan, apabila olahraga yang dilakukan sehari-hari adalah untuk mengobati obesitas, maka Sophia menyarankan untuk tidak melakukan olahraga dengan intensitas tinggi. Serta, tidak melakukan olahraga high impact yang meliputi loncat, lompat, dan lari.
"Jadi untuk teman-teman yang sudah obesitas, olahraga aerobik dan kardio yang disarankan adalah jalan cepat, renang, dan sepeda. Kelas aerobik juga yang tidak meliputi gerakan lompat dan loncat, ujar Sophia.
Kemudian, untuk durasi olahraganya sendiri akan bergantung pada frekuensi yang telah ditentukan sebelumnya. Jika frekuensinya lima kali dalam seminggu, maka durasinya cukup 30 menit per harinya.
Sedangkan untuk tipe olahraga yang bisa dilakukan juga bukan hanya kardio. Namun juga harus mencoba olahraga yang berfokus pada latihan kekuatan otot (strength training).
"Jangan bayangin angkat beban berat-berat. Tapi contoh paling sederhana adalah dengan menggunakan berat badan sendiri. Jadi bisa dengan sit up, squat, lunges," kata Sophia.
Advertisement