Liputan6.com, Jakarta - Konflik Ukraina dan Rusia yang tengah memanas tak bisa menghalangi kekuatan cinta Lesya Filimonova dan Valeriy Filimonov.
Keduanya adalah tentara sipil Ukraina yang mengucap janji dalam pernikahan sederhana di tengah situasi perang. Alih-alih mengenakan gaun putih dan jas hitam, kedua mempelai mengikat hubungan dengan balutan baju loreng khas tantara.
Baca Juga
Pengantin wanita mengenakan kain putih di kepala dan pengantin pria mengenakan helm militer. Keduanya mengenakan ban lengan kuning yang menandakan bahwa mereka adalah anggota pasukan pertahanan teritorial negara itu.
Advertisement
Dilihat dari beberapa foto yang diunggah New York Post, pernikahan berlangsung di lapangan rumput yang merupakan pos pemeriksaan.
Acara ini dihadiri oleh beberapa tentara lain lengkap dengan granat dan rudal serta wartawan yang dilengkapi rompi antipeluru.
Pernikahan terkesan sederhana, tapi kebahagiaan terpancar jelas dari wajah keduanya. Lesya dan Valeriy melangsungkan pernikahan di Kiev pada Minggu 6 Maret 2022.
Simak Video Berikut Ini
Menjadi Cadangan Militer
Lesya dan Valeriy bergabung dengan cadangan militer Ukraina untuk mempertahankan negaranya.
"Karena di sini kami memiliki semua yang kami cintai, dan kami harus mempertahankannya. Kami tidak berniat memberikannya kepada musuh,” kata Lesya mengutip New York Post, Kamis (10/3/2022).
Upacara tradisional ortodoks pun dilakukan. Sedangkan helm militer yang dikenakan mempelai pria seolah menjadi pengganti mahkota adat.
“Sulit untuk menyebutnya kebahagiaan tanpa syarat dalam situasi ini, tetapi kami pasti merasa senang,” lanjutnya.
Keduanya pun berciuman dan memantik gemuruh para tentara lain seolah menyalakan jiwa patriotik.
“Kemuliaan bagi keluarga! Kemuliaan bagi keluarga! Kemuliaan bagi Ukraina!” teriak mereka.
Advertisement
Konflik Berlanjut
Sementara itu, konflik Ukraina dan Rusia yang dimulai pada 24 Februari 2022 masih terus berlanjut. Berbagai kerusakan dan korban jiwa berjatuhan.
Hingga kini, lebih dari satu juga penduduk menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga seperti Polandia, Moldova, Rumania, Hongaria, dan Slovakia.
Melansir Fox News, sebagian besar warga Ukraina yang melarikan diri adalah para ibu dan anak-anaknya.
Kondisi yang memprihatinkan membuat warga negara tetangga terenyuh dan memberikan bantuan semampunya. Misalnya, para ibu di Polandia yang bersimpati dengan menyumbangkan kereta bayi layak pakai yang disediakan di stasiun kereta api di Przemysl.
Aksi ini dilakukan agar para ibu dari Ukraina yang membawa anak dapat menggunakan kereta bayi tersebut secara cuma-cuman. Bantuan lain seperti makanan hingga selimut pun diberikan.
Para pengungsi harus meninggalkan suami atau rekan mereka yang masuk dalam kelompok pria usia 18 hingga 60 karena harus ikut berperang mempertahankan negara. Mereka pun masih menunggu hingga perang usai.