Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa industri kesehatan dalam negeri merupakan tulang punggung layanan kesehatan di Tanah Air. Kehadiran industri ini penting untuk menyediakan sistem pendukung kuat untuk kebutuhan negara.
"Hal ini melibatkan rantai pasokan industri termasuk vendor, pemasok, dan penyedia layanan kesehatan. Dengan dukungan dari industri lokal, kepresidenan G20 Indonesia mempelopori upaya kolektif untuk memastikan akses terhadap vaksin, diagnostik, APD, dan terapi COVID-19, menjadi lebih memadai, cukup, dan terjangkau," kata Budi dalam forum diskusi para Think-tank T20 The Indonesian Healthcare Future Forward pada 8 Maret 2022.
Baca Juga
Dalam T20 para ahli di bidang industri kesehatan mengemukakakan pendapatnya tentang industri farmasi dalam pemanfaatan bahan baku alam Indonesia. Lewat hal ini, negara dapat terhindar dari risiko keterbatasan rantai pasokan obat-obatan. Seperti kita ingat, hambatan terhadap rantai pasokan obat-obatan pernah terjadi saat negara pengimpor bahan baku obat menutup kran impor akibat pandemi COVID-19.
Advertisement
Menurut Director of Research & Business Development Dexa Group Raymond Tjandrawinata, upaya untuk ketahanan serta kemandirian kesehatan kita kuat bisa dilakukan dengan mengusung konsep farmasi hijau (green pharmacy).
Lewat konsep farmasi hijau dapat melindungi negara dari masalah pasokan, lingkungan hingga akses kesehatan. Negara bisa mandiri bila sukses menjalankan konsep ini. Maka dari itu, kata Raymond, konsep ini perlu didorong untuk dilakukan bersama.
"Ketika menyadari dan mewujudkan agenda ini, maka negara dapat menjadi mandiri, memiliki sistem lingkungan dan ekologi yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan petani, hingga meningkatkan kemandirian dalam hal bahan baku aktif (API) yang berasal dari negara kita sendiri,” kata Raymond yang merupakan salah satu ahli yang datang dalam forum diskusi T20 ini.
Konsep farmasi hijau juga mendapat dukungan dari Chief of T20 of Global Health Sector of G20 Prof. Hasbullah Thabrany mengutip rilis diterima pada Kamis (10/3/2022).
“Mungkin Green Pharmacy juga jadi salah satu upaya untuk itu. Mengembangkan obat baru dari tanaman akan membantu mengurangi perubahan iklim dan menciptakan dunia hijau. Banyak fitofarmaka dikembangkan di negara tropis. India memiliki banyak pengalaman menggunakan obat herbal, untuk memberi manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia,” kata Hasbullah di kesempatan yang sama.
Perlu Konsorsium Nasional soal Farmasi Hijau di RI
Raymond mengatakan bahwa di industri farmasi di RI belum ada yang menerapkan konsep farmasi hijau. Maka perlu diadakan konsorsium untuk memungkinkan farmasi hijau untuk masa depan.
"Menunggu lebih banyak Green Pharmacy yang akan datang, pemerintah perlu memperhatikan masalah ini, rantai pasokan-permintaan global untuk API kami sangat bagus. Ini perlu kita dukung,” katanya.
Ketika sebuah industri farmasi membuat obat modern asli Indonesia menerapkan konsep farmasi hijau, pemerintah harus mendorong pengembangannya. Mulai dari bahan utama dari lokal hingga nanti saat sudah menjadi sebuah produk obat bisa digunakan di fasilitas kesehatan.
“Kami harus mengumpulkan data, uji klinis, untuk memastikan Green Pharmacy sesuai dengan standar internasional dan kategori obat internasional. Ke depan, Green Pharmacy harus menjadi mayoritas obat dalam formularium suatu negara. Ini adalah mimpi kami, tetapi juga dapat dilakukan jika pemerintah dan sektor swasta bekerja bahu membahu untuk mewujudkannya," kata Raymond.
Advertisement