Liputan6.com, Jakarta - Sejak awal vaksinasi COVID-19 dilakukan di Indonesia, lansia telah menjadi kelompok yang selalu diutamakan. Namun hingga kini, capaian vaksinasi lansia pun belum juga memenuhi target.
Terkait hal ini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa meyakinkan para lansia untuk melakukan vaksinasi COVID-19 memang cukup sulit.
Baca Juga
"Memang sulit ya untuk meyakinkan lansia untuk divaksin. Kalau kita lihat sampai saat ini saja cakupan vaksinasi dosis kedua pada lansia itu baru sekitar 57 persen," ujar Nadia dalam webinar bertema Telemedisin Bagi Lansia: Penting Saat Isoman COVID-19 ditulis Minggu, (13/3/2022).
Advertisement
"Banyak juga nih lansia yang enggak mau divaksin karena mereka mendengar informasi yang salah. Contohnya lansia kalau banyak komorbid jangan divaksin, nanti malah sakit berat. Nah, itu informasi yang salah," tambahnya.
Padahal, menurut Nadia, justru vaksinasi COVID-19Â itu lebih ditujukan oleh lansia dan mereka yang memiliki komorbid.Â
Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia ditambah dengan komorbid yang tidak terkontrol dan berat, maka risiko kematian dan keparahannya terkait COVID-19 pun ikut meningkat.
Takut dengan efek vaksin
Tak hanya itu, Nadia mengungkapkan bahwa banyak pula lansia yang merasa takut untuk melakukan vaksinasi dosis kedua karena efek vaksinasi yang diterimanya pada dosis pertama.
"Lansia ada yang di dosis satu mengalami efek samping. Ada demam, sakit-sakit, ngilu. Akhirnya jadi takut-takut untuk dosis kedua," kata Nadia.
Nadia menambahkan, sebenarnya akan lebih baik apabila vaksinasi tetap dilakukan meski ada sedikit efek samping yang dirasakan, daripada merasakan efek dari COVID-19 yang lebih berat.
"Karena efek samping itu akan hilang dalam dua sampai tiga hari. Jadi manfaat daripada vaksinasi jauh lebih besar daripada keluhan efek sampingnya," ujar Nadia.
Advertisement