Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan listrik dan sinyal masih menjadi masalah yang melekat di Papua Barat. Hal ini pun berdampak pada bagaimana masyarakat di sana mendapatkan informasi soal kesehatan termasuk COVID-19.
Dokter umum di Puskesmas Kabare, Raja Ampat, Papua Barat, dr Nadia Amani mengungkapkan bahwa masyarakat di sana masih begitu mengandalkan informasi hanya dari tenaga kesehatan saja.
Baca Juga
"Akses untuk mendapatkan informasi seperti telepon maupun internet sangat sulit. Di sini mau buka Google saja sangat sulit. Mungkin tidak akan pernah terbuka," ujar Nadia dalam webinar bertema Membangun Kesehatan Indonesia dari Tapal Batas ditulis Selasa, (15/3/2022).
Advertisement
Terlebih, lanjut Nadia, masih banyak masyarakat khususnya di Raja Ampat tempatnya bekerja belum memiliki handphone. Begitu juga dengan televisi yang masih jarang ditemui.
Hal tersebut juga menjadi penyebab di balik banyaknya hoaks yang dengan mudahnya termakan oleh masyarakat di sana. Mereka pun cukup mudah dihebohkan dengan berita yang simpang siur.
"Kalau ada berita yang jelek itu langsung heboh. Kayak kemarin di provinsi Papua Barat juga, waktu itu diberitakan satu orang meninggal setelah divaksin. Setelah di cross check lagi, itu bukan karena vaksin," kata Nadia.
"Hal tersebut menjadi sangat heboh di masyarakat, karena ya mereka hanya dari mendengar saja. Oh, gara-gara di-vaksin nih," dia menambahkan.
Itulah mengapa sumber informasi bagi masyarakat di sana kebanyakan hanya terpusat pada tenaga kesehatan saja. Serta, bergantung pada bagaimana para tenaga kesehatan meyakinkan mereka.
Capaian vaksinasi masih rendah
Dalam kesempatan yang sama, Nadia juga menjelaskan bahwa vaksinasi COVID-19 juga masih sangat rendah. Hingga kini, khususnya di Puskesmas Kabare, capaian vaksinasinya baru mencapai 28,51 persen untuk dosis pertama.
Hal ini dikarenakan kebanyakan warga tidak menganggap bahwa vaksinasi COVID-19 penting untuk dilakukan. Beberapa juga beranggapan bahwa tanpa vaksin pun, mereka akan tetap aman dari virus tersebut.
"Anggapan mereka, mereka hidup di pulau, jauh dari paparan kota. Mereka tidak kemana-mana, jadi anggapan mereka tidak akan kena Corona. Jadi untuk apa divaksin begitu," ujar Nadia.
Menurut Nadia, hal tersebut bisa dipahami mengingat pandemi COVID-19 maupun vaksinnya merupakan hal yang begitu baru bagi mereka. Sehingga masih membutuhkan waktu lebih lama untuk memberikan pada warga.
Advertisement