Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi menegaskan, varian Deltacron belum terdeteksi di Indonesia. Kemunculan varian yang merupakan gabungan dari Delta dan Omicron ini cukup menghebohkan lantaran kasus ditemukan di beberapa negara.
"Sampai saat ini, varian Deltacron belum terdeteksi," tegas Nadia saat konferensi pers Perkembangan COVID-19 di Indonesia di Gedung Kementerian Kesehatan Jakarta pada Selasa, 15 Maret 2022.
Baca Juga
Pemerintah juga terus memantau pergerakan Whole Genom Sequencing (WGS). Masyarakat diminta tetap menjalankan protokol kesehatan dan mempercepat vaksinasi COVID-19.
Advertisement
"Yang perlu kita waspadai ya tetap jalankan protokol kesehatan dan percepat vaksinasi," imbuh Nadia.
Menurut laporan awal WHO, varian COVID-19 baru, yang secara 'tidak resmi dijuluki' (unofficially dubbed) Deltacron terdeteksi dalam sejumlah kecil kasus di Prancis, Belanda, dan Denmark.
Saat konferensi pers Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 9 Maret 2022, para ilmuwan masih tidak tahu banyak tentang karakteristik varian Deltacron, seperti seberapa mudah penyebarannya dan apakah mengakibatkan keparahan, dilansir dari WebMD.
"Kami belum melihat perubahan epidemiologi dengan rekombinan ini. Kami belum melihat perubahan keparahan. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang berlangsung," kata Pimpinan Teknis WHO Maria Van Kerkhove.
Karakteristik Varian Deltacron Masih Diteliti
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, karakteristik varian Deltacron, yang merupakan kombinasi dari Delta dan Omicron masih diteliti.
Indikator keparahan dan seberapa cepat gabungan kedua varian COVID-19 tersebut belum dapat dipastikan secara rinci.
"Penamaan resmi varian ini belum ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sampai saat ini, data terkait karakteristiknya pun masih sangat terbatas," ujar Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 15 Maret 2022.
"Pada tanggal 10 Maret 2022, WHO membahasnya (kemunculan Deltacron) bersama para pakar virus di dunia. Pembahasan terkait dampak varian ini terhadap indikator epidemiologi maupun tingkat keparahan gejala belum dapat dipastikan dan masih terus diteliti."
Advertisement