Sukses

Satgas COVID-19 IDI Prediksi RI Masuk Endemi Paling Lambat 3 Bulan Lagi, Apa Indikatornya?

2022 diharpkan jadi tahun terakhir pandemi COVID-19 serta tidak ada lagi varian baru yang lebih berat.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban memprediksi bahwa endemi COVID-19 akan terjadi paling lambat sekitar tiga bulan lagi di RI. Maka dari itu, ia berharap tahun ini menjadi tahun terakhir pandemi COVID-19 serta tidak ada lagi varian baru yang lebih berat.

"Kita belum, sabar, sedikit lagi. Sebentar lagi. Mungkin pas bulan Puasa atau paling lambat tiga bulan dari sekarang. Kita amat berharap sebulan dari sekarang kita sudah benar-benar masuk endemi," kata Zubairi di Kantor IDI Jakarta Pusat pada 17 Maret 2022.

Saat ini, ujarnya, Indonesia memang belum masuk ke endemi tapi kita sudah berjalan mengarah ke sana. Hal ini karena untuk bisa masuk ke fase endemi, kata Zubairi, ada beberapa hal yang mesti dipenuhi:

  • Kasus COVID-19 turun drastis

"Kita turunnya ada tapi masih ada 'gigi gigi sedikit" jadi hampir drastis, tapi jelas turun," katanya.

Dalam cuitannya di Twitter, ia juga menyampaikan bahwa penurunan kasus terutama dalam tiga hari terakhir selalu di bawah 10 ribu.

"Semoga ini pertanda pandemi benar-benar mereda," cuitnya dalam akun @ProfesorZubairi.

  • Penularan varian yang mendominasi Omicron

"Memang benar sebagian besar sudah Omicron," lanjutnya.

  • Vaksinasi COVID-19 dosis kedua termasuk pada lansia sudah lebih dari 70 persen

Per 20 Maret 2022 sudah 153.448.151 orang di RI mendapatkan suntikan dosis kedua. Namun, sayangnya cakupan vaksinasi pada lansia belum mencapai lebih dari 70 persen dari target. Sebelum masuk endemi, vaksinasi lebih dari 70 persen pada lansia harus dicapai seperti disampaikan Zubairi.

 

2 dari 5 halaman

Transisi ke Endemi, Tetap Pakai Masker

Zubairi menekankan dalam masa transisi pandemi ke endemi bukan berarti tidak menerapkan protokol kesehatan. Pengendoran protokol kesehatan harus dilakukan secara bertahap. Salah satunya masyarakat tetap memakai masker.

"Sekali lagi, tolong bertahap, jangan lepas masker," tegasnya.

Relaksasi dalam beberapa hal lain seperti seperti tidak diwajibkannya tes PCR dan antigen sebagai syarat perjalanan hingga bebas karantina tidak menjadi masalah.

"Tapi mengenai masker, mohon lebih baik hati-hati tetap dipakai daripada nanti tertular. Walaupun sudah vaksinasi tiga kali, yang namanya tertular itu tidak nyaman," katanya.

 

3 dari 5 halaman

Menengok Endemi COVID-19 di Negara Lain

Di kesempata itu Zubairi juga mencontohkan beberapa negara yang sudah menyatakan masuk endemi. Di Amerika Serikat misalnya, tidak semua negara bagian sudah masuk endemi. Hawaii baru akan endemi pada akhir Maret 2022.

Lalu, di Coneccticut misalnya memang sudah boleh warga lepas masker tapi negara bagian Amerika Serikat tersebut memiliki kebijakan yang membolehkan kota-kota serta sekolah yang ada di sana menentukan sendiri kebijakan protokol kesehatan COVID-19 di situ.

Kemudian bila dari Connecticut terbang ke Florida, ya harus juga pakai masker selama di penerbangan. 

Zubairi juga menyorot mengenai beberapa negara lain yang sudah menyatakan diri endemi dengan ditandai lepas masker dan pembebasan karantina, malah kembali terjadi kenaikan kasus COVID-19.

"Ada konsekuensi dari negara-negara yang menyatakan diri endemi. Contohnya, beberapa hari lalu setelah menyatakan endemi ternyata ada negara yang timbul kenaikan kasus COVID-19 tinggi sekali," katanya.

"Finlandia itu pernah naik sampai 80 persen kasus, demikian pula Belanda naik sampai 50 persen juga Prancis dan Inggris. Tolong kita tetap hati-hati, tetap waspada, jangan jemawa," pesan pria yang juga dokter spesialis penyakit dalam itu.

4 dari 5 halaman

Bila RI Masuk Endemi, Perjuangan Atasi COVID-19 Belum Usai

Ketika Indonesia nanti sudah masuk endemi COVID-19, bukan berarti sudah aman. Zubairi mencontohkan dua penyakit endemi yakni TBC dan HIV.

Kedua penyakit tersebut masih ada dan masih bisa menyebabkan orang meninggal, TBC saja dalam setahun merenggut jutaan nyawa orang di dunia.

"Makanya ada banyak program-program untuk mengatasi kedua penyakit tersebut," sebutnya.

Maka dari itu, bila nanti kondisi Indonesia sudah memungkinkan endemi maka program harus amat sangat ketat agar kasus tetap terkendali dan angka kematian rendah.

"Kita harus saling mengingatkan termasuk pemerintah agar ketika sudah endemi lalu selesai, nyaman. Enggak begitu. Kita mirip-mirip dengan penyakit lain yang serupa."

5 dari 5 halaman

Infografis