Liputan6.com, Jakarta - Spesialis Mata Subspesialis Bedah Katarak & Refraktif JEC Eye Hospitals & Clinics, DR Dr Vidyapati Mangunkusumo SpM (K) mengingatkan bahwa individu dengan gangguan penglihatan --- apalagi yang buta --- lebih berisiko kehilangan kesempatan untuk bekerja dan menjalankan aktivitas ekonomi.
Bagaimana tidak? Akibat dari rusaknya indera penglihatan alias mata, membuat penderitanya sulit membaca dan belajar. Beragam risiko pun menghantui, termasuk kesulitan berkendara.
Baca Juga
Oleh sebab itu, lanjut Vidyapati, kesehatan mata sangat relevan dan berpengaruh kuat dalam perwujudan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Advertisement
"Untuk mendukung itu, perkembangan keilmuan secara terus menerus guna meningkatkan kualitas penanganan terhadap gangguan penglihatan, khususnya di Indonesia," kata Vidyapati dalam webinar belum lama ini.
Salah satu penyebab utama kebutaan adalah katarak. Itu mengapa penanganan katarak juga mesti terus dikembangkan.
Â
Operasi Katarak
Dijelaskan Vidyapati, selama ini metode fakoemulsifikasi menjadi tindakan operasi yang umum diterapkan pada pasien katarak.
Prosedur operasi ini dinilai lebih aman dan dianggap sebagai gold standard karena hanya membutuhkan luka sayatan kecil dengan waktu penyembuhan yang lebih cepat.
Namun, kata dia, metode tersebut punya tantangan tersendiri bagi pasien katarak yang menyandang miopia atau rabun jauh tinggi, yaitu risiko ketidakstabilan areazonula mata.
"Zonula mata merupakan jangkar transparan dan elastis yang menghubungkan ekuator lensa dengan badan silier dan retina bagian siliaris," katanya.
Â
Advertisement
Menggagas Tindakan Penanganan Lain untuk Katarak
Vidyapati pun menggagas pendekatan baru untuk tindakan operasi katarak dengan menggunakan implantasi Capsular Bag Tension Ring (CTR).
Penelitian dimulai Mei 2019 s/d Juni 2020 dengan melibatkan 51 subjek. Hasil penelitian tersebut tertuang di dalam disertasi Peran Capsular Tension Ring Pada Populasi Miopia Tinggi yang Menjalani Fakoemulsifikasi Terhadap Optimalisasi Penglihatan dan Efisiensi Menjaga Kestabilan Area Zonula yang disidangkan beberapa saat sebelum webinar berlangsung.
Vidyapati, mengatakan, tujuan dari penelitian ini untuk memberikan solusi bagi pasien katarak pemilik kondisi miopia tinggi agar punya opsi tindakan penanganan yang lebih presisi dan aman.
Terlebih, kata dia, pasien dengan miopia tinggi memiliki prevalensi 62 persen menjadi katarak pada usia lebih dini. Bahkan, dalam rentang masa produktif.
"Dengan penanaman CTR yang tepat, pasien dapat terbebas dari penyakit katarak dan penglihatannya kembali optimal. Dengan demikian pasien dapat kembali mandiri dan produktif," katanya.
Pemaparan hasil penelitian secara rasional, sistematis dan empiris pada Ujian Terbuka, Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengantarkan DR. Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K) meraih gelar Doktor.
Â
Penanganan Katarak
Fokus pada penanganan katarak di Indonesia juga mendorong JEC --- yang menyebut dirinya eye care leader --- untuk menghadirkan layanan yang dapat diandalkan.
"Selama 38 tahun JEC Eye Hospitals and Clinics terus melakukan improvement layanan Kesehatan mata," kata Kepala Divisi Markom JEC Eye Hospitals and Clinics, Mubadiyah, S.Psi, MM.
"Kami terus mengembangkan layanan berdasarkan temuan-temuan terbaru berbasis sains yang progresif untuk memberi solusi pada tantangan yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia. Bersama jajaran praktisi yang mumpuni, seperti DR. Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K), JEC optimis mampu melanjutkan kontribusi kami pada dunia kesehatan mata di Tanah Air," pungkasnya.
Advertisement