Sukses

Sederet Alasan Ibu Hamil Butuh Lebih Banyak Dukungan Mental

Masalah kesehatan saat kehamilan dapat berdampak tak hanya pada ibu, namun juga bayi.

Liputan6.com, Jakarta Memasuki masa kehamilan apalagi yang telah ditunggu-tunggu biasanya akan diliputi rasa haru dan bahagia. Beberapa calon orangtua terutama ibu pun mulai mempersiapkan banyak hal bahkan sejak trimester pertama.

Namun di sela-sela persiapan menuju kelahiran, kesehatan mental ibu kerap kali terabaikan. Padahal aspek satu ini tentu tak kalah pentingnya.

Hal ini juga dibahas oleh sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Midwifery, yang mengungkapkan bahwa setidaknya satu dari lima ibu hamil pernah memiliki masalah kesehatan mental dalam kategori ringan hingga sedang.

"Kehamilan memang dapat memengaruhi kehidupan wanita secara keseluruhan," ujar perawat kebidanan di Atlanta, Georgia, dr Gwenneth Simmonds dikutip Verywell Mind, Selasa (23/3/2022).

Perubahan hormonal, kesulitan keuangan yang mungkin terjadi, masalah hubungan, ketidakpastian tentang masa depan, dan banyak kondisi lainnya menjadi beberapa hal yang dapat menyebabkan stres, kecemasan, atau depresi bagi ibu hamil.

Gwenneth menjelaskan, mengenali kemudian mengobati depresi dan kecemasan pada masa kehamilan dapat memberikan manfaat tak hanya bagi ibu, namun juga bayi.

Menurut studi yang dipublikasikan dalam Pediatric Research, masalah kesehatan mental yang dialami oleh wanita selama kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan saraf dan detak jantung janin.

Stres dan depresi prenatal juga dapat menyebabkan masalah perkembangan sosioemosional dan masalah perilaku pada anak-anak.

"Meskipun tidak menjamin tidak adanya tantangan di depan, namun hal tersebut dapat menciptakan dasar yang baik untuk kondisi mental di masa depan," kata Gwenneth.

2 dari 3 halaman

Identifikasi perasaan

Dalam fase kehamilan, dukungan dan bantuan untuk memproses emosi-emosi tersebut dinilai penting. Namun tak dapat dipungkiri bahwa masih ada hambatan dalam hal ini.

"Beberapa kemungkinan hambatan untuk mencari bantuan itu biasanya rasa malu, atau tidak adanya penyedia layanan profesional yang berfokus pada kesehatan mental ibu hamil," kata Gwenneth.

Sehingga, menurut direktur Tribeca Maternity, Rachel Benjamin, LCSW, ibu hamil yang menemui masalah kesehatan mental harus lebih dulu menyadari hal tersebut.

"Anda dapat memutuskan sendiri apakah membutuhkan bantuan dari tenaga profesional atau tidak, baru kemudian mencari praktisi yang bisa membuat Anda nyaman," ujar Rachel.

Rachel menambahkan, dokter kandungan atau bidan juga harus mulai untuk menjadikan kondisi kesehatan mental ibu hamil menjadi aspek yang diperhatikan.

Dengan dibukanya akses informasi tersebut, ibu hamil pun dianggap bisa lebih terbuka dan tidak malu dengan apa yang mereka rasakan.

3 dari 3 halaman

Infografis