Sukses

Tanpa Gejala Ini, Endoskopi pada Pasien GERD Tidak Harus untuk Dilakukan

GERD dapat didiagnosis bersama dokter lewat pemeriksaan klinis.

Liputan6.com, Jakarta Bagi beberapa orang yang telah merasakan gejala yang merujuk pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), Anda mungkin khawatir untuk memeriksakannya lebih lanjut.

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya berkaitan dengan proses pemeriksaannya yang berupa endoskopi atau memasukkan selang yang dilengkapi dengan kamera dan senter ke dalam tubuh.

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi, dr Rabbinu Rangga Pribadi atau yang akrab disapa Abi pun mengonfirmasi hal tersebut.

"Kalau GERD itu enggak semua perlu endoskopi. Jadi tidak semua pasien, karena kita kalau diagnosis GERD itu bisa klinis aja," ujar Abi dalam live streaming bersama Liputan6.com dan EMC Healthcare ditulis Rabu, (23/3/2022).

Abi menjelaskan, diagnosis lewat pemeriksaan klinis akan dilakukan dengan mengungkapkan pada dokter beberapa hal yang berkaitan dengan gejala pasien.

Mengingat GERD memiliki gejala yang khas seperti rasa panas di dada (heartburn), mulut yang terasa asam, dan nyeri dada.

"Tapi saya juga perlu tanya ada enggak berat badan turun, pucet enggak, Hb (hemoglobin)-nya rendah atau enggak kalau dia bawa hasil darah, ada buang air besar berdarah, dan ada muntah darah enggak," kata Abi.

"Semua itu kalau ada pada pasien dengan gejala GERD, itu boleh langsung endoskopi. Itu yang kita sebut sebagai gejala alarm, gejala yang kita harus segera mencari penyebabnya karena mungkin bukan GERD semata," tambahnya.

2 dari 3 halaman

GERD bisa diobati

Dalam kesempatan yang sama, Abi juga menjelaskan bahwa bila gejala yang dialami tidak mengharuskan pasien untuk melakukan endoskopi, maka GERD bisa disembuhkan melalui pengobatan.

"Kalau gejalanya hanya dua tadi tuh heartburn dan mulut asam, tanpa gejala-gejala yang tadi disebutkan, tidak perlu endoskopi. Bisa diobati," ujar Abi.

Pengobatan GERD juga bergantung dan berbeda pada masing-masing individu. Hal tersebut kemudian bisa dikonsultasikan agar sesuai dengan kondisi pasien.

"Kalau dia mengalami perbaikan (dengan obat), itu bisa kita lanjutin. Biasanya delapan mingguan, tapi untuk durasi tetap dikonsultasikan dengan dokter yang Anda kunjungi," kata Abi.

3 dari 3 halaman

Infografis