Liputan6.com, Jakarta Kemarin, seluruh dunia baru saja memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2022. Tuberkulosis atau yang dikenal dengan sebutan TBC terjadi pada sekitar 9,9 juta jiwa di dunia.
Data tersebut terpapar dalam Global Tuberculosis Report 2021 terbaru. Di Indonesia sendiri, TBC terjadi pada sekitar 824 ribu jiwa.
Baca Juga
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa TBC telah menjadi salah satu penyakit yang disoroti dunia.
Advertisement
Bahkan, TBC akan menjadi bahasan dalam Health Working Group Pertama (HWG 1) G20 di Yogyakarta pada 29-30 Maret 2022 mendatang.
Lalu, mengapa prevalensi pada pasien TBC begitu tinggi? Menurut Nadia, salah satunya berkaitan dengan masalah kepatuhan pasien.
"Pengobatan TBC ini membutuhkan jangka waktu enam sampai sembilan bulan, kepatuhan untuk terus minum obat ini menjadi penting bagi masyarakat," ujar Nadia dalam konferensi pers The 1st G20 Health Working Group (HWG) ditulis Jumat, (25/3/2022).
Pendapat selaras disampaikan oleh Spesialis Gizi Klinik sekaligus konsultan nutrisi, dr Ida Gunawan. Dirinya menyampaikan bahwa TBC dapat disembuhkan lewat perawatan dan pemenuhan nutrisi yang tepat.
"TBC itu membutuhkan bukan sekedar terapi obat-obatan, tapi juga modifikasi gaya hidup. Perbaikan pola sanitasi, pola istirahat dan aktivitas, serta pola makan adalah bagian supportive yang tidak bisa dilepaskan," kata Ida dalam media briefing Kalbe Farma World TB Day 2022 pada Kamis, 24 Maret 2022.
Malnutrisi jadi momok pasien TBC
Ida menjelaskan bahwa malnutrisi merupakan suatu hal yang dapat memperburuk atau memperparah kondisi pasien TBC. Serta, dapat meningkatkan angka kematian.
"Malnutrisi sendiri menjadi momok yang bisa memperburuk kondisi pasien TBC dan bisa meningkatkan angka kematian," kata Ida.
Berkaitan dengan hal tersebut, Ida pun menuturkan, pasien TBC bisa melakukan diet yang berfokus pada perbaikan jenis gizi dan jumlah protein yang dikonsumsi.
Tak hanya itu, pasien juga bisa berfokus pada peran mikronutrisi seperti vitamin C, D, E, dan mineral.
"Diet yang berfokus pada perbaikan jenis gizi dan jumlah protein dapat membantu meningkatkan massa otot dan imunitas pasien TBC," ujar Ida.
"Tak kalah penting pula, peran mikronutrisi seperti vitamin C, D, E, dan mineral, seperti selenium dan zinc juga berpengaruh pada fungsi paru dan membantu proses pemulihan,” tambahnya.
Advertisement