Sukses

Boleh Lepas Masker tapi Mayoritas Warga Singapura Tetap Memakainya

Meski pemerintah pada 24 Maret lalu mengumumukan bahwa per 29 Maret sudah boleh lepas masker ketika di luar ruangan tapi masih banyak warga Singapura tetap memakainya

Liputan6.com, Singapura Per 29 Maret 2022 negara tetangga, Singapura, membolehkan masyarakat di sana tidak memakai masker saat berada di luar ruangan dan berjarak sekitar semeter dari orang lain. Sebuah pelonggaran yang signifikan selama pandemi COVID-19.

Meski pemerintah pada 24 Maret lalu mengumumukan bahwa per 29 Maret sudah boleh lepas masker ketika di luar ruangan tapi masih banyak warga Singapura tetap memakainya.

Mengutip Channel News Asia, di hari pertama aturan tersebut berjalan masih terlihat banyak orang tetap  memakai masker. Hanya segelintir yang melepas masker saat berada di Taman Bishan, menunggu bus di halte, atau berjalan-jalan di area Ang Mo Kio Central.

Salah satu alasan tetap memakai masker karena ingin tetap berhati-hati serta tidak praktis."Anda masuk dan keluar ruangan lalu memakai dan melepas masker? Sangat tidak praktis," kata Winnie Low, seorang agen asuransi berumur 72 tahun mengutip Channel News Asia, Rabu (30/3/2022).

Lalu, di Bukit Timah Nature Reserve, seorang pria tengah berjalan-jalan pagi tetap memakai masker. Eric Yeo begitu nama pria 49 tahun tersebut, memang merasa lebih aman bila tetap pakai masker saat di luar ruangan.

"Saya masih khawatir dengan virus tersebut karena kasus positif masih tinggi. Saya akan merasa baik lepas masker jika kasus sudah turun," kata Eric mengutip Straits Times.

 

2 dari 4 halaman

Kata Pakar

Melihat masih banyak orang memilih memakai masker saat berada di luar ruangan, kemungkinan karena ada sebagian orang mau menunggu sampai waktu yang dianggap aman atau tidak ingin melakukan perubahan seperti disampaikan konsultan senior Divisi Penyakit Menular National University Hospital, Profesor Dale Fisher.

"Setelah dua tahun (memakai masker) itu akan aneh (bila melepas masker)," katanya.

Sementara itu, profesor di bidang sosiologi, Paulin Tay Straughen dari Singapore Management University mengatakan bahwa menyikapi kebijakan ini masyarakat akan ada terbagi dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang tetap berhati-hati. Kedua, mereka yang melihat bebas lepas masker sebagai ekspresi bahwa dapat lanjut melewati pandemi.

"(Pembatasan dua tahun terakhir) membaut ada perasaan gelisah tertentu, orang-orang merasa lelah. Jadi, keinginan untuk keluar dari hal ini mungkin jauh lebih kuat dari yang saya prediksi. Ada harapan yang sangat menarik," kata Straughen mengutip Channel News Asia.

3 dari 4 halaman

Amankah Tak Pakai Masker Saat di Luar Ruangan?

Fisher mengatakan bahwa saat berada di luar ruangan maka risiko penularan COVID-19 memang rendah. Lalu, jika terpapar risiko keparahan penyakit kemungkinan 'rendah' karena saat ini yang beredar adalah Omicron dengan tingkat kekebalan masyarakat yang sudah tinggi.

Namun, bila ada orang terinfeksi COVID-19 lalu batuk-batuk saat berada di luar ruangan, kemungkinan penularan masih ada.

"Inilah sebabnya jaga jarak, paham etiket batuk serta isolasi mandiri bila merasa bergejala harus dilakukan di tengah aturan boleh lepas masker," kata Fisher.

4 dari 4 halaman

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia