Sukses

Persatuan Ahli Gizi Heran Tempe Diklaim Negara Lain, Padahal Sejarahnya dari Indonesia

Tempe sebagai makanan tradisional asli Indonesia tengah diupayakan agar diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Salah satu tujuannya, agar tempe tak diklaim oleh negara lain.

Liputan6.com, Jakarta Tempe sebagai makanan tradisional asli Indonesia tengah diupayakan agar diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Salah satu tujuannya, agar tempe tak diklaim oleh negara lain.

Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Rudatin SSt.MK, SKM, M.Si, mengatakan, jika tempe diakui oleh negara lain, maka ia tidak setuju.

“Tentu saya tidak setuju karena jelas-jelas menurut sejarah tempe itu dari Indonesia. Sejak zaman dulu, nenek moyang kita membuat tempe itu dengan kedelai yang dibungkus dengan daun jati,” kata Rudatin dalam konferensi pers virtual Rabu (30/3/2022).

“Kalau negara tetangga, dari mana dia mendapatkannya? Apakah dari migrasi ketika bangsa Indonesia pindah dan menetap di sana? Karena kebanyakan seperti itu, jadi bukan asal dari negara sana tapi dari Indonesia, UNESCO tahu masalah ini.”

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Tanggapan Ahli Lain

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Ilmiah DPP PERSAGI Dr. Marudut Sitompul, MPS juga menanggapi bahwa tempe adalah makanan tradisional asli Indonesia.

“Ini ada bukti sejarahnya, bahkan dulu itu tidak dikenal ragi tempe ataupun dari onggok tapi menggunakan daun jati saja bisa jadi tempe.”

Ia juga menceritakan pengalamannya ketika bertugas di Aceh dan hendak membuat tempe tapi tidak mendapatkan ragi tempe.

“Saya pernah di Aceh tidak mendapatkan ragi tempe, saya dengan mahasiswa saat itu mengambil daun jati dan ditaruh di atas kedelai, itu bisa terjadi fermentasi.”

3 dari 4 halaman

Sejarah Tempe Indonesia

Rudatin juga menjelaskan terkait sejarah tempe di Indonesia. Menurutnya, dari sisi sejarah, Serat Sri Tanjung pada abad XII-XIII menuliskan bahwa kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe.

Kemudian, Serat Centhini-R.Ng. Ronggo Sutrasno pada 1814 menuliskan bahwa hidangan brambang jahe santen tempe dan asem sambel lethokan disajikan oleh Pangeran Bayat. Kuliner ini disajikan untuk menjamu Cebolang saat mampir ke Dusun Tembayat di wilayah Klaten dalam perjalanan dari Candi Prambanan menuju Pajang.

“Selain itu, sejarawan Dr. Onghokham menuliskan, masyarakat Jawa di era tanam paksa (1830-1870) mengonsumsi tempe yang tidak sengaja mereka temukan.”

Tempe juga tercatat dalam Encyclopaedie von Nederlandsch pada 1922. Dalam ensiklopedia tersebut, tempe disebut sebagai kue yang terbuat dari kacang kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk’s voedsel).

 

4 dari 4 halaman

Infografis Ragam Tanggapan Harga Kedelai dan Ancaman Mogok Perajin Tahu Tempe