Sukses

Yang Terjadi dengan Kesehatan Anak Selama 2 Tahun Pandemi COVID-19

Inilah yang terjadi pada anak selama pandemi COVID-19 menghantam dua tahun terakhir

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang menghantam dunia dua tahun terakhir turut memengaruhi kesehatan anak. Berdasarkan pengalaman dokter spesialis anak RS Hermina Jatinegara, dr Kanya Ayu Pramastri SpA, angka kesakitan anak mengalami penurunan.

Menurut Kanya, hal itu disebabkan adanya pembatasan atau PPKM lantaran kasus COVID-19 naik. Alhasil, anak jadi di rumah saja bersama para orangtua yang juga mulai bekerja dari rumah.

Kanya, mengatakan, bisa dibilang sebesar 95 persen anak yang datang ke rumah sakit di awal-awal pandemi COVID-19 bertujuan untuk melengkapi imunisasi, melakukan evaluasi nutrisi dan gizi.

"Anak sakit jarang sekali muncul. Di setahun pertama itu kan kita cukup ketat ya PPKM-nya," kata Kanya dalam webinar sekaligus Peluncuran Redoxon Kids pada Senin sore, 4 April 2022.

Namun, begitu dilonggarkan atau saat memasuki era New Normal, sedikit demi sedikit angka kesakitan anak naik.

Bahkan, kata Kanya, sekarang kondisinya tidak jauh berbeda pada saat sebelum pandemi COVID-19. Angka kesakitan anak mulai tinggi.

"Anak datang dengan batuk pilek, dengan COVID-19, dengan diare, DBD karena infeksi pada anak tidak hanya yang menular dari lingkungan dan kontak orang lain. DBD yang dari gigitan nyamuk di Indonesia juga masih endemi," katanya.

 

2 dari 5 halaman

Orangtua Seperti Santap Buah Simalakama

Kanya tak memungkiri tugas orangtua pun menjadi bak menyantap buah simalakama. Terus di rumah saja juga tanpa adanya aktivitas fisik atau kegiatan bermain membuat anak kehilangan duninya, dibiarkan bermain di luar rumah dihantui dengan risiko terpapar Virus Corona dan lainnya.

"Itulah pintar-pintarnya orangtua mencari solusi," kata Kanya.

"Anak di rumah saja emang benar aman, tapi jadi lebih cranky, takut sama orang karena di rumah hanya ketemu orangtuanya saja. Beitu keluar rumah dan bertemu orang lain, jadi stres, nangis. Diajak keluar rumah sudah nangis-nangis," Kanya menambahkan.

Itu mengapa penting bagi orangtua untuk memastikan kesehatan anak terjaga dengan baik. Akan tetapi di satu sisi, tidak boleh mengesampingkan kebutuhan anak untuk dia bersosialisasi, berkembang, dan mengeksplorasi sekitarnya.

 

3 dari 5 halaman

Dunia Anak Adalah Bermain

Kanya mengingatkan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Sekali pun terkukung di dalam rumah karena pandemi, orangtua harus memastikan anak tetap bergerak aktif.

Bermain, kata Kanya, semata-mata tidak hanya untuk membuat anak bahagia. Sebenarnya, aktivitas tersebut merupakan momentum anak menstimulasi dirinya sendiri untuk dapat berkembang dengan baik.

"Memang karena di pandemi seolah-olah anak dikurung di rumah karena kita maunya dia tidak terpapar dengan virus-virus di luar sana, biar anak tidak sakit COVID-19," kata Kanya

Betul bahwa risiko anak terpapar Virus Corona penyebab COVID-19 menjadi minimal. Namun, orangtua harus tahu, karena dikurung --- dalam tanda kutip di dalam rumah --- di sisi lain aktivitas fisiknya jadi berkurang dan terhambat.

Padahal, lanjut Kanya, aktivitas fisik dibutuhkan seorang anak untuk dapat menstimulasi dirinya agar dapat berkembang sesuai dengan usianya.

"Jadi, dengan kita mengurangi aktivitas fisiknya, membuat anak jadi menetap atau tidak bergerak," katanya.

"Lebih pasif di rumah saja juga akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan nutrisi seperti overweight dan obesitas," Kanya menambahkan.

Menurut Kanya, satu hal itu justru memengaruhi perkembangan anak. Sehingga menyebabkan perkembangan si Kecil menjadi tidak optimal.

Kanya, mengatakan, orangtua pun harus putar otak memikirkan bagaimana caranya agar anak tetap aman tapi tetap bisa bereksplorasi, bersosialisasi, dan mendapat stimulasi optimal.

Baik di rumah saja dengan melakukan aktivitas fisik bersama orangtuanya atau keluar rumah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Kalau pun kita bawa keluar, pilihlah tempat yang aman, yang sepi, pakai hand sanitizer, pastikan protokol kesehatan tetap baik yaitu menggunakan masker," katanya.

"Ingat lagi bahwa anak tidak hanya bertumbuh, tidak hanya butuh makan, tapi juga berkembang melalui media main," pungkas Kanya.

4 dari 5 halaman

Anak Yatim Piatu Korban Tersembunyi Pandemi Covid-19

5 dari 5 halaman

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19