Liputan6.com, Jakarta Suntikan vaksin booster COVID-19 kedua bukan lagi wacana di Singapura. Warga Negeri Singa berusia 80 ke atas bakal bisa vaksinasi keempat mulai 8 April 2022 seperti disampaikan Kementerian Kesehatan Singapura.
Para lansia 80 plus itu dapat mendatangai pusat vaksinasi COVID-19 di mana pun. Kementerian Kesehatan di sana mengatakan sudah bekerja sama dengan lebih dari 200 klinik atau poliklinik seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (7/4/2022).
Baca Juga
Para lansia di Singapura yang bakal divaksinasi dapat melakukan registrasi vaksinasi COVID-19 booster kedua bisa lewat daring.
Advertisement
Kebijakan pemberian vaksin booster kedua ini diumumkan pemerintah Singapura setelah mendapat rekomendasi dari Komite Pakar Vaksinasi COVID-19 (ECV19V).
Sehingga para lanjut usia 80 tahun ke atas serta orang yang tinggal di fasilitas perawatan lanjut usia serta yang rentan secara medis dibolehkan menerima vaksin booster kedua dengan jarak minimal lima bulan setelah suntikan vaksin booster pertama.
Bila merujuk keterangan di atas maka yang belum berusia 80 tahun tapi lansia kategori rentan atau memilki penyerta bisa dapat suntikan vaksin booster kedua. Fasilitas tempat perawatan seperti panti jompo yang bakal mengaturnya.
"Warga yang lansia yang tinggal seperti di panti jompo cenderung memiliki penyakit penyerta, sehingga harus mendapat dosis booster kedua bahkan jika mereka belum mencapai 80 tahun," kata Kementerian Kesehatan setempat.
Â
12 Tahun ke Atas Bisa Asal Bawa Surat Rekomendasi
Singapura juga membolehkan bagi warganya berusia 12 tahun ke atas mendapatkan vaksin booster yang kedua. Asalkan orang tersebut rentan secara medis dan berisiko parah bila terpapar COVID-19. Hal ini bisa diketahui lewat surat rujukan dokter yang merawat.
Mereka yang bisa mendapatkan vaksin booster kedua seperti orang dengan penyakit kornis jantung, paru, ginjal, hati dan sistem organ lain.
"Mereka sangat dianjurkan untuk mendapatkan booster kedua untuk melindungi diri," kata Kemenkes Singapura.
Sementara itu, belum ada rekomendasi bagi mereka dengan imunokompromais mendapatkan booster kedua. Imunokompromais merupakan suatu kondisi melemahnya sistem imunitas tubuh seseorang.Â
Bagi kelompok usia muda dan sehat belum ada rekomendasi suntikan vaksinasi booster kedua. "Belum ada rekomendasi bagi orang sehat untuk kelompok usia muda untuk menerima dosis booster kedua karena cenderung memiliki respons kekebalan yang baik serta berisiko rendah alami keparahan."
Â
Advertisement
Amerika Serikat Mulai Duluan
Sebelum Singapura, Amerika Serikat sudah memulai pemberian dosis penguat kedua vaksin COVID-19 seiring turunnya izin dari Badan POM Amerika (FDA) mulai 29 Maret 2022.
FDA mengizinkan dosis booster kedua vaksin COVID-19 yang dibuat Pfizer-BioNTech dan Moderna untuk individu berusia 50 tahun ke atas, serta orang-orang tertentu yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh berusia 12 tahun ke atas.
Menurut Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Dr. Rochelle P. Walensky, , mengatakan booster kedua sangat penting bagi orang berusia 65 dan lebih tua, mereka dengan usia 50 tahun dan lebih tua dengan kondisi medis mendasar yang meningkatkan risiko penyakit parah dari COVID-19.
Menurut Profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medicine, John P. Moore, secara umum booster tambahan aman dan orang berusia 65 dan lebih tua serta mereka dengan gangguan kekebalan dari segala usia akan mendapat manfaat paling banyak seperti mengutip Live Science.
Â
Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia, vaksinasi keempat atau booster kedua COVID-19 belum masuk dalam rencana. Namun, jika nanti diperlukan bakal ada.
"Kalau nanti diperlukan dengan studi yang terus kita evaluasi ternyata kita butuh booster keempat, bukan tidak mungkin booster keempat itu perlu dilakukan," ungkap Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, saat mengisi acara Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Rabu, 23 Februari 2022.
Semenara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) belum memberi rekomendasi yang jelas dan pasti tentang perlu tidaknya pemberian booster kedua ini.
Tetapi, dengan makin banyaknya negara yang memberi booster kedua dan upaya transisi menuju ke arah terkendalinya COVID-19 di berbagai negara termasuk Indonesia, maka kebijakan pemberian booster kedua menjadi hal baik.
"Akan baik kalau ditetapkan kebijakan pemberian booster kedua di dalam negeri, walaupun memang cakupan booster pertama kita hari ini baru sekitar 10 persen," kata dia melalui pesan elektroniknya belum lama ini.
Prof. Tjandra berpendapat, bila memang Indonesia akan memulai booster kedua maka sebaiknya diimplementasikan terlebih dulu pada kelompok dengan prioritas paling tinggi menurut WHO SAGE yakni orang berusia lanjut (lansia), tenaga kesehatan dan mereka dengan immunocompromised atau orang yang memiliki masalah sistem imun.
Walau begitu, sekali lagi dia mengingatkan, kegiatan booster pertama harus semakin terus digalakkan, demikian juga cakupan vaksinasi primer.
Â
Advertisement