Sukses

Dampak Perang Rusia Ukraina, UNESCO: 53 Situs Budaya Ukraina Hancur

UNESCO mencatat puluhan situs budaya Ukraina hancur akibat perang Rusia Ukraina sejak 24 Februari 2022.

Liputan6.com, Jakarta - UNESCO mengatakan telah memverifikasi kerusakan setidaknya 53 situs budaya Ukraina sejak perang Rusia Ukraina pada 24 Februari 2022.

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut, menyampaikan, pihaknya memantau kerusakan berdasarkan laporan di media dan laporan pejabat Ukraina.

Serta memiliki sistem untuk memantau situs dan monumen utama Ukraina melalui citra satelit.

"Para ahli kami terus memverifikasi setiap laporan dan dikhawatirkan situs lain akan ditambahkan ke daftar ini," kata juru bicara UNESCO kepada NPR dikutip Jumat, 8 April 2022.

Pada 30 Maret 2022, lanjut UNESCO, situs yang dikonfirmasi rusak terletak di beberapa wilayah di Ukraina, termasuk 29 situs keagamaan, 16 bangunan bersejarah, empat museum, dan empat monumen.

Ketika perang Rusia vs Ukraina dimulai, UNESCO menerapkan beberapa tindakan darurat untuk melindungi situs budaya ini dengan sebaik-baiknya.

UNESCO mengadakan pertemuan dalam jaringan (online) reguler dengan manajer situs Warisan Dunia, direktur museum, pejabat monumen nasional, dan asosiasi perlindungan warisan lokal di Ukraina untuk memberikan keahlian dan saran praktis.

UNESCO mengatakan memiliki ahli yang tersedia 24 jam  untuk menanggapi keadaan darurat.

"Kami membantu mereka dalam mengidentifikasi tempat berlindung yang aman untuk menyimpan barang-barang yang dapat dipindahkan dan dalam menilai dan memperkuat prosedur pemadaman kebakaran," kata juru bicara.

UNESCO juga mengatakan pihaknya juga berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, untuk menegaskan kembali bahwa situs warisan wajib dilindungi dan mengirimkan data lokasi situs warisan di Ukraina.

2 dari 4 halaman

Telah Disepakati Sejak 1954

Terkait larangan perusakan warisan budaya, Rusia dan Ukraina telah menandatangani Konvensi Den Haag pada 1954 yang bertujuan melindungi kekayaan budaya selama konflik bersenjata.

Konvensi ini melarang dan mengutuk semua serangan dan perusakan warisan budaya.

Jika situs budaya ditandai dengan perisai biru — lambang konvensi — itu berarti mereka berada di bawah perlindungan konvensi.

Jika serangan dilakukan terhadap situs-situs ini, kata UNESCO, para pelaku akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan yang merupakan kejahatan perang.

Pada kenyataannya, serangan Rusia tetap menyebabkan kerusakan pada puluhan situs warisan budaya Ukraina. Tak hanya itu, menyerang warga sipil dan fasilitas layanan kesehatan juga dianggap sebagai kejahatan perang yang dilakukan Rusia.

Seperti yang terjadi pada seorang warga sipil Ukraina, Natalia Mykolaivna yang mendapat tembakan dari tentara Rusia ketika hendak mengecek keadaan ibunya yang tinggal di sebelah rumahnya.

"Saya keluar dari rumah karena khawatir tentang ibu saya, jadi saya pergi menemuinya. Dia tinggal di jalan tepat di sebelah rumah saya," kata Natalia mengutip BBC, Jumat (1/4/2022).

3 dari 4 halaman

Akibat Serangan

Wanita usia 45 itu menjelaskan bahwa ia diizinkan lewat oleh tentara Rusia yang menjaga pos pemeriksaan pertama.

"Saya kemudian berjalan menuju rumah ibu saya sambil mengangkat tangan ke udara. Saya mengatakan bahwa saya sudah diizinkan untuk lewat. Tetapi tentara Rusia itu melepaskan tembakan dari senapan mesinnya, mengenai kaki dan di beberapa tempat dari pinggang ke bawah. "

Saat penembakan, Natalia tidak melihat wajah atau mendengar suara tentara Rusia yang menembaknya.

"Dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Mereka berdiri di samping tank dan semuanya mengenakan topeng."

Natalia dievakuasi oleh tetangga dan keluarganya ke rumah sakit di dekat Kota Zaporizhzhia, Ukraina Selatan dan diberitahu oleh dokter bahwa dia masih bisa selamat dari kematian adalah sebuah keajaiban.

"Dokter tidak memberi tahu saya berapa banyak peluru yang ada di tubuh saya. Saya ditembak dari pinggang ke bawah," katanya sambil menunjukkan luka peluru di perutnya.

"Ada satu di sini, dan di sini dan di sini juga. Semuanya rusak, bagian pribadi kewanitaanku juga."

4 dari 4 halaman

Pelanggaran Hukum Humaniter Internasional

Akibat serangan itu, kaki kanan Natalia terpelintir dan patah sehingga harus disatukan dengan bingkai logam. Lututnya benar-benar hancur dan dipastikan tidak akan pernah bisa berjalan lagi seperti biasanya.

Sebelumnya, pada Maret minggu kedua, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa serangan Rusia terhadap sasaran sipil di Ukraina dapat termasuk kejahatan perang.

Namun, ada banyak serangan yang terdokumentasi di mana warga sipil tewas dalam jumlah besar. Banyak di antaranya akibat penembakan besar-besaran yang membabi buta di wilayah sipil.

Selain kejahatan perang pada warga sipil, fasilitas layanan kesehatan Ukraina juga tak luput dari serangan Rusia.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan per 7 April 2022 sudah lebih dari 100 serangan dilayangkan pada fasilitas kesehatan Ukraina.

Untuk itu, WHO menyebut bahwa 7 April adalah tonggak suram dalam perang Rusia Ukraina. Serangan-serangan itu sejauh ini telah merenggut 73 nyawa dan melukai 51 orang.

Dari total 103 serangan saat ini, 89 berdampak pada fasilitas kesehatan dan 13 berdampak pada transportasi, termasuk ambulans.

"Kami marah karena serangan terhadap perawatan kesehatan terus berlanjut. Serangan terhadap layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional," kata  Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers dikutip Jumat (8/4/2022).