Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin berharap Lebaran 2022 tidak ada lagi muncul varian COVID-19 baru di Indonesia. Sebab, kemunculan varian COVID-19 baru yang lebih mengkhawatirkan dapat berpotensi meningkatkan kasus COVID-19.
Sementara itu, perkembangan COVID-19 nasional dengan adanya relaksasi atau pelonggaran berbagai kebijakan dinilai terkendali. Penyebaran subvarian Omicron di Indonesia yang sudah mendominasi, kasus COVID-19 tidak naik drastis, melainkan kian membaik.
Baca Juga
"Varian baru butuh waktu sekitar 2 bulan untuk menyebar dari negara asalnya ke kita (Indonesia). Kalau dilihat dari sejarahnya ya 2 sampai 3 bulan buat menyebar," ucap Budi Gunadi saat acara Together for The New Future: Strengthening Indonesia's Health Architecture, ditulis Rabu (13/4/2022).
Advertisement
"Lebaran kan tinggal sebentar lagi. Mudah-mudahan, sampai Lebaran tidak ada varian baru. Jadi, tidak ada lonjakan drastis dari kasus."
Diharapkan pula varian COVID-19 baru tidak muncul ke depannya, bahkan selepas Lebaran sekalipun. Walau begitu upaya pengendalian COVID-19, seperti pemeriksaan genom sekuensing juga terus dilakukan untuk melihat potensi adanya varian virus Corona baru.
"Kalau kita lihat sampai sekarang, varian baru keluar di Tiongkok, Hong Kong, Inggris yang varian Omicron BA.2, tapi begitu kita lihat di Indonesia, sudah dominan juga BA.2. Dengan BA.2 sekarang saja, kasus kita turun terus. Dugaan saya, Insya Allah, Lebaran ini enggak ada (varian baru)," imbuh Budi Gunadi.
"Saya berdoa mudah-mudahan ke depannya juga tidak ada varian COVID-19 baru lagi yang lebih mengkhawatirkan. Kita berdoa agar jangan sampai ada varian baru lainnya."
Varian Omicron di Indonesia
Hasil pemeriksaan genom sekuensing yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes), subvarian Omicron mendominasi di Indonesia. Sampel genom subvarian Omicron pada Februari 2022 ada 1.514 genom dari target 2.700.
"Kita melihat bahwa secara nasional, varian Omicron ini mendominasi pada varian COVID-19, terutama dengan kita melihat adanya peningkatan proporsi varian BA.2," jelas Juru Bicara Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi saat konferensi pers Update Perkembangan COVID-19 di Indonesia pada Selasa, 12 April 2022.
"Kalau kita lihat varian Delta juga sudah semakin turun distribusinya di Indonesia. Kita berharap bahwa target dari pada pemeriksaan genom sekuensing ini bisa terus ditingkatkan, walaupun kasus konfirmasi positif terus terjadi penurunan."
Dengan mempertahankan jumlah spesimen terhadap pemeriksaan genom, diharapkan dapat mendeteksi bila ada perkembangan dari sub varian-varian ataupun varian-varian baru COVID-19 lainnya.
Advertisement
Varian XE, XD, dan XF
Perkembangan varian COVID-19 global, ada kemunculan varian XE, XD, dan XF. Data Kemenkes mencatat Ketiga varian ini merupakan varian rekombinan atau gabungan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dari subvarian Omicron ini belum ditemukan di Indonesia.
Siti Nadia Tarmizi menerangkan, ketiga rekombinan varian Omicron XE, XD, dan XF. Varian XE termasuk gabungan dari subvarian Omicron BA.1 dengan BA.2.
Kemudian, varian XD merupakan gabungan dari varian Delta AY.4 dengan subvarian Omicron BA.1. Varian XF adalah rekombinan dari varian Delta AY.4 dengan subvarian Omicron BA.1.
"Kalau kita lihat dari hasil pemeriksaan genom saat ini secara global, sudah ditemukan varian baru yang mungkin kita kenal sebagai varian XE, XD, dan XF. Varian XE pertama kali sebenarnya terdeteksi pada tanggal 19 Januari di Inggris," terang Nadia.
"Di Inggris sudah ada 763 kasus varian XE yang ditemukan. Dikatakan dia lebih cepat menular dibandingkan subvarian BA.2 ya, tapi belum cukup bukti-bukti epidemiologis untuk memperlihatkan perubahan di dalam masyarakat. Dan sampai saat ini, XE, XD, dan XF belum ditemukan di Indonesia."
Waspadai Masuknya Varian COVID-19 Baru
Meski ketiga varian X belum ditemukan di Indonesia, Siti Nadia Tarmizi menekankan, Indonesia tetap harus waspada terhadap masuknya varian COVID-19 baru.
"Varian XD yang merupakan gabungan dari Delta AY.4 dan subvarian Omicron BA.1, sedangkan XF ditemukan di Inggris masih sangat kecil jumlahnya. Ini tetap menjadi kewasapadaan kita," jelasnya.
"Dikatakan lebih cepat menular dibanding subvarian Omicron, namun data yang ada saat ini menunjukkan belum memadai. Tetapi kita sebagai bagian dari masyarakat global terus berupaya menekan laju penularan."
Hingga saat ini, hipotes menyatakan, tidak ada perbedaan gejala khusus antara varian XE, XD, dan XF. Sebab, varian ini masih suatu kesatuan dengan Omicron.
"Sebenarnya subvarian X masih merupakan suatu jenis yang sama dengan varian Omicron, tetapi kalau kita lihat kemungkinan seseorang terinfeksi dengan jenis dua varian, yaitu varian Delta dan varian Omicron yang kemudian membentuk subvarian ini," imbuh Nadia.
Advertisement