Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Konflik Rusia vs Ukraina, Pemerkosaan Ratusan Warga Sipil Diduga Jadi Senjata Perang Baru

Pemerkosaan diduga jadi senjata baru Rusia untuk menyerang Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Ukraina, Volodymyr Oleksandrovych Zelenskyy mengungkapkan bahwa pasukan Rusia telah melakukan ratusan pemerkosaan pada warga Ukraina, termasuk pada anak-anak.

Hal ini lantaran seorang tentara Rusia ditangkap setelah diduga merekam dirinya melecehkan seorang bayi di Ukraina.

"Di daerah-daerah yang dibebaskan dari penjajah, pencatatan dan penyelidikan kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia terus berlanjut," ujar Zelenskyy dikutip Daily Mail, Rabu (13/4/2022).

"Kuburan massal baru ditemukan hampir setiap hari. Testimonial sedang dikumpulkan. Ribuan korban, ratusan kasus penyiksaan, mayat terus ditemukan di saluran air dan ruang bawah tanah," Zelenskyy menjelaskan.

Begitupun dengan kasus pemerkosaan yang saat ini telah terus dicatat oleh Ukraina. Di dalamnya termasuk wanita remaja dan anak-anak kecil, bahkan bayi.

Presiden La Strada-Ukraina, Kateryna Cherepakha mengungkapkan bahwa hotline darurat organisasinya menerima telepon yang memberitahu bahwa tentara Rusia telah melakukan sembilan kasus pemerkosaan yang melibatkan 12 wanita dan anak perempuan.

"Kami tahu dan melihat, dan kami ingin Anda mendengar suara kami bahwa kekerasan dan pemerkosaan sekarang digunakan sebagai senjata perang oleh penjajah Rusia di Ukraina," ujar Kateryna.

Skala kebrutalan ini telah menyebabkan pihak hak asasi Ukraina menginformasikan pada PBB bahwa pemerkosaan sedang digunakan sebagai senjata perang.

"Tidak mungkin membayangkan kengerian yang lebih besar," kata Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda.

Korbannya, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun melaporkan dirinya diperkosa oleh pasukan Rusia di depan ibunya.

2 dari 4 halaman

Rentetan kasus pemerkosaan

Komisaris Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia, Lyudmila Denisova mengungkapkan anak laki-laki (11) yang menjadi korban diserang di Bucha, dimana sejumlah warga sipil tewas disiksa dan ditemukan setelah beberapa minggu.

Lyudmila juga menjelaskan bahwa lima tentara Rusia juga memperkosa seorang gadis berusia 14 tahun yang sedang hamil.

"Ada sekitar 120.000 anak-anak Ukraina ditangkap dan diculik. Beberapa diperkosa dan yang lainnya diselundupkan di Rusia," kata Lyudmila.

Pada 8 April, seorang gadis berusia 16 tahun dan wanita berusia 78 tahun diperkosa. Di samping itu, salah satu tentara Rusia juga ditangkap atas rekaman yang muncul saat memerkosa seorang bayi di Ukraina.

Rekaman itu dikirimkan oleh Alexei Bychkov (24) pada rekannya di Rusia sebelum akhirnya ia ditahan pada hari Sabtu setelahnya.

Tentara tersebut juga diduga telah membagikan video lain tentang pelecehannya terhadap anak-anak kepada teman dan koleganya.

Tak berhenti di sana, diberitakan kekejaman berlanjut saat 25 orang gadis dan wanita berusia 14 hingga 25 tahun di Bucha diperkosa secara sistematis ketika ditahan di ruang bawah tanah.

Sembilan dari 25 wanita tersebut kini sedang hamil.

3 dari 4 halaman

Diliputi senjata

Lebih lanjut Lyudmila menjelaskan, rumah seorang wanita berusia 50 tahun yang tinggal bersama suaminya diterobos pada 7 Maret lalu. Wanita tersebut juga telah memberikan keterangan.

Menurut pengakuan wanita itu, dia dibawa ke sebuah rumah di dekat rumahnya dan diperintahkan untuk menuruti permintaan pelaku dengan ancaman senjata. 

"Dia terus mengancam akan membunuh saya jika saya tidak melakukan apa yang dia katakan. Kemudian dia memperkosa saya," tambahnya.

Saat tentara itu sedang memperkosa wanita berusia 50 tahun tersebut, empat tentara lainnya masuk dan membawa tentara itu pergi. Sejak saat itu, ia mengaku tak pernah melihat tentara itu lagi.

Namun ketika kembali ke rumah, ia menemukan suaminya telah mengalami luka tembak di perut dan meninggal dua hari kemudian.

Sang suami dimakamkan di kebun belakang rumah. Sementara para tentara yang menghentikan pemerkosaan itu juga tinggal di rumah wanita tersebut selama berhari-hari, melakukan ancaman kekerasan dan memintanya untuk menyerahkan barang-barang milik mendiang suaminya.

Penyerangan dan pemerkosaan juga tidak berhenti di sini. Masih ada sederet kasus lainnya yang juga terjadi di Ukraina yang melibatkan penyerangan, pemerkosaan, dan pembunuhan.

4 dari 4 halaman

Gunakan media sosial

Dalam perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini, media sosial menjadi salah satu alat yang juga digunakan. Pemerintah Rusia dan Ukraina telah mengatur agenda pelaporan media dengan lebih luas lagi.

Media sosial juga telah menjadi sumber informasi utama bagi seluruh dunia yang ingin memahami konflik yang terjadi diantara keduanya.

"Perang informasi tidak lagi merupakan lengan strategi tambahan, tetapi komponen paralel dari kampanye militer. Munculnya media sosial telah membuat lebih mudah dari sebelumnya untuk melihat bagaimana negara menggunakan komunikasi massa sebagai senjata," kata dosen senior di School of Communication, International Studies and Languages ​​of the University of South Australia, Collette Snowden dikutip Channel News Asia.

Pemerintah Ukraina juga telah menggunakan media sosial untuk meminta dukungan pada dua juta pengikutnya di sana. Dalam konflik di Ukraina, media sosial yang sukses dapat menjadi senjata yang berguna untuk melawan musuh.

Tindakan yang dilakukan Rusia dan tindakan balasan oleh Ukraina pun kini telah dipelajari secara luas oleh para peneliti. Tidak mengherankan, penelitian tersebut menemukan bahwa masing-masing pihak membingkai konflik dengan cara yang sangat berbeda.

"Penelitian juga menemukan bahwa media sosial dapat mempertahankan, dan bahkan memperburuk, permusuhan antara Ukraina dan Rusia secara daring," kata Snowden.