Liputan6.com, Jakarta - Tidak sedikit anak Indonesia menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Bahkan, dalam satu kelas, anak yang menyukai matematika dapat dihitung jari.
Hal ini dibenarkan oleh trainer parenting nasional, Kurnia Widhiatuti. Menurut wanita yang karib disapa Bunda Kurnia, yang membuat anak takut akan pelajaran matematika adalah doktrin.
Baca Juga
"Ketika orang tua bilang bahwa matematika itu sulit, anak langsung menganggap matematika sebagai momok. Ubah dulu persepsi, matematika itu mudah dan menyenangkan," kata Bunda Kurnia dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 14 April 2022.
Advertisement
Untuk itu --- dalam keterangan yang sama --- Rektor Universitas Tarumanegara, Prof Dr Ir Agustinus Purna Irawan I P M menjelaskan cara menyenangkan untuk belajar matematika.
Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kesan sulit dan rumit saat belajar matematika adalah:
Pertama, matematika dipelajari sesuai kegunaannya.
"Bila ditunjukkan kegunaannya, anak pasti tertarik. Misalnya untuk jual beli. Jadi, anak paham, seperti apa aplikasinya di masyarakat," kata Purna.
Kedua, belajar matematika perlu dimulai dari level yang mudah atau sederhana, baru naik ke derajat yang lebih tinggi.
"Hal ini juga akan melatih kita membuat skala prioritas dari tiap persoalan," dia menambahkan.
Ketiga, membangun pemahaman anak terhadap suatu persoalan. Pengajaran matematika yang hanya mengedepankan hafalan tanpa membuat anak memahami konsepnya, membuat matematika terkesan sulit. Pembelajaran matematika perlu mengambil bentuk yang logis dan nyata.
“Misalnya ketika belajar trigonometri. Sin, cos, tan itu posisi atau koordinat. Ceritakan dulu masalah koordinat. Kalau sudah paham, baru masuk ke hitungan," Purna menjelaskan.
Memanfaatkan Aplikasi Belajar Matematika
Di era digital, belajar matematika tak selalu harus dilakukan di kelas dengan menulis di papan tulis atau kertas. Pembelajaran matematika pada anak-anak kini dapat dibantu dengan aplikasi.
Salah satu aplikasi belajar yang direkomendasikan Purna dan Bunda Kurnia adalah CoLearn. Menurut keduanya, aplikasi ini bisa membantu anak dalam belajar matematika.
"Dulu, guru mengajar dengan menulis di papan tulis. Murid harus mengandalkan ingatan yang kuat dan buku catatan. Sedangkan sekarang, melalui daring," kata Purna.
"Pelajaran matematika dipermudah karena banyak ilustrasi, skema, video, dan tampilan-tampilan menarik, yang bisa membawa kemampuan matematika yang lebih baik," Purna menambahkan.
Para pengajar dalam aplikasi belajar juga lebih interaktif dan menyampaikan materi dengan cara yang menarik. Ini membuat anak-anak lebih tertarik, dan tidak merasa ketakutan.
"Ketiga, pembelajaran bisa diulang-ulang. Anak yang belum paham bisa mengulang materi. Anak yang sudah paham dan ingin pengetahuan lebih, bisa mempelajari materi yang lain yang karena sudah tersedia. Anak pun bisa belajar dari mana saja," kata Purna.
Advertisement
Pelengkap Pembelajaran di Sekolah
Karena pembelajaran bisa diulang-ulang dengan aplikasi, penggunaan aplikasi belajar bisa menjadi pelengkap pembelajaran formal di sekolah. Maka ketika anak merasa penjelasan oleh guru dari sekolah masih kurang jelas, pembelajaran bisa diulang atau diperjelas lagi lewat aplikasi belajar.
Bunda Kurnia juga berpendapat bahwa melibatkan pihak lain seperti aplikasi belajar merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan orangtua untuk menghilangkan kesan horor dari matematika.
"Sistem belajar yang unik, lucu, dan menyenangkan, membuat anak senang belajar. Apalagi gurunya masih muda, dan metode belajar yang digunakan dekat dengan yang ada di sekitar anak," ujarnya.
Dengan cara seperti ini, paradigma anak terhadap matematika bisa berubah, menjadi lebih positif.
Kurnia, menambahkan, ahli matematika zaman lampau, Al-Kindi, bahkan mengatakan bahwa matematika adalah mukadimah (pengantar) bagi masyarakat untuk memahami filsafat kehidupan.
Matematika sangatlah penting dan tidak hanya berkutat dalam hitung-hitungan saja.
"Yang menarik, matematika mengaktivasi otak kiri dan kanan secara seimbang," Kurnia menerangkan.
Selama ini masyarakat berpikir bahwa matematika hanya ada di otak kiri yang membutuhkan pertimbangan logis.
"Padahal sebetulnya, otak kanan yang bersifat imajinatif dan kreatif, juga membutuhkan pertimbangan logis matematis. Dengan kemampuan matematika, otak kanan yang hampir abstrak, dan kadang sulit dikendalikan, bisa diimbangi dan lebih terukur," ujarnya.
Pentingnya Matematika
Dengan matematika, kata Bunda Kurnia, seseorang akan bisa mengurutkan mana ide-ide yang sebaiknya direalisasikan, dan mana yang belum saatnya.
"Matematika tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Segala yang kita lihat, sentuh, dan bicarakan, tanpa sadar adalah matematika. Bentuk laptop (persegi), sudut-sudut di tempat tidur, hingga takaran bumbu dan garam saat memasak, semua itu matematika," ujarnya.
Matematika bahkan bisa membuat manusia memiliki persepsi baru terhadap suatu persoalan. Bunda Kurnia memberi contoh, saat kecil ayahnya memberi atlas dunia. Melihat gambar lima benua di atlas, Bunda Kurnia kecil saat itu berpikir, Indonesia ternyata kecil sekali.
"Dengan skala, jarak dari Jawa ke Sumatra tampak dekat. Dengan menganggap bidang yang begitu luas itu menjadi kecil, saya berpikir bahwa memungkinkan untuk singgah ke semua tempat, dengan cara yang mudah," katanya.
"Hingga bisa mewujudkan mimpi, dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hanya dengan belajar skala dari atlas," Kurnia menambahkan.
Ia menyayangkan orang tua kadang tidak sadar bahwa matematika memiliki efek terhadap perspektif masa depan.
"Dianggap bahwa matematika hanya menghitung angka, dan berpikir bahwa anaknya memang tidak pintar matematika. Tidak diupayakan untuk memahami," katanya.
Senada dengan Bunda Kurnia, Purna juga mengatakan bahwa ilmu matematika sangat luas dan banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, ada keberlanjutan dalam aplikasi matematika.
"Ada yang menggunakan matematika secara langsung, seperti jurusan teknik, teknologi, komputer, dan lain-lain," katanya.
"Namun, jangan lupa ada juga yang tidak langsung. Di bidang sosial, matematika diperlukan untuk membuat statistik, analisis kuantitatif, hingga urusan bisnis seperti saham, bunga, dan produksi,” pungkas Purna.
Advertisement