Sukses

Pemerintah Yakin Mudik Lebaran 2022 Lancar, Antibodi COVID-19 Naik 99,2 Persen

Antibodi COVID-19 penduduk Indonesia naik 99,2 persen dalam hadapi mudik Lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah meyakini mudik Lebaran 2022 berjalan lancar yang didukung dengan antibodi COVID-19 penduduk Indonesia naik di angka 99,2 persen. Hasil survei antibodi ini merupakan sero survei kedua yang dilakukan dalam menghadapi mudik dan Lebaran 2022.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, penghitungan sero survei antibodi yang pertama kali dilakukan pada Desember 2021. Hasil antibodi tersebut, 86,6 persen penduduk Indonesia sudah mempunyai antibodi COVID-19.

Selanjutnya, sero survei antibodi kedua kalinya dilakukan untuk pengambilan keputusan Pemerintah terkait mudik Lebaran 2022. Dalam hal ini, penerapan kebijakan mudik Lebaran termasuk mempertimbangkan hasil survei antibodi COVID-19 penduduk.

"Di rapat terbatas (ratas) tadi, kami meng-update (perbarui) mengenai hasil terakhir sero survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKUM UI). Di bulan Desember 2021, kita lakukan sero survei, hasilnya 86,6 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi," ungkap Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta, Senin (18/4/2022).

"Nah, sebelum Lebaran, kami melakukan sero survei yang kedua untuk menghadapi Lebaran. Bahwa kadar antibodi masyarakat Indonesia naik menjadi 99,2 persen. Artinya, 99,2 persen dari populasi masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi."

Ditegaskan kembali oleh Budi Gunadi, 99,2 persen antibodi COVID-19 penduduk Indonesia berasal dari vaksinasi maupun infeksi.

"Jadi, pengambilan kebijakan mudik ini ada basis risetnya (melihat survei antibodi)," lanjutnya.

2 dari 4 halaman

Kadar Titer Antibodi COVID-19 di Angka Ribuan

Tak hanya persentase antibodi secara keseluruhan, Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan, jumlah kadar titer antibodi COVID-19 naik. Bahkan kenaikan tersebut melesat di angka ribuan.

"Hal yang menarik, kami juga mengukur kadar (titer) antibodinya berapa. Kalau di bulan Desember 2021, kami lakukan sero survei, kadar titer antibodi di angka ratusan, sekitar 500 sampai 600," paparnya.

"Nah, di bulan Maret 2022 ini, titer antibodi sudah di angka ribuan, sekitar 7.000 sampai 8.000. Ini menunjukkan, bukan hanya banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi, tapi kadar antibodi yang tinggi."

Persentase antibodi dan kadar titer antibodi yang tinggi dapat menjadi perlindungan dari serangan virus Corona. Hal ini berdampak terhadap berkurangnya risiko terpapar dan masuk rumah sakit akibat COVID-19.

"Sehingga kalau nanti diserang virus, daya tahan tubuh bisa cepat menghadapinya dan mengurangi sekali risiko untuk masuk rumah sakit juga wafat," imbuh Menkes Budi Gunadi.

"Itulah sebabnya, kami percaya, Pemerintah ya Insya Allah, Ramadhan kali ini, mudik kali ini bisa berjalan dengan lancar, tanpa membawa dampak negatif kepada masyarakat."

3 dari 4 halaman

Percepat Vaksinasi COVID-19

Sebelumnya, hasil survei serologi rentang November-Desember 2021, sebanyak 86,6 persen penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi COVID-19.

Survei ini dilakukan secara kolaborasi oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Eijkman, dan Prodia, antibodi dapat diperoleh lewat vaksinasi dan sudah pernah kena infeksi COVID-19.

Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat vaksinasi COVID-19 secepatnya, baik vaksinasi lengkap dua dosis maupun booster.

"Kita lihat, hasil sero survei November-Desember 2021, (penduduk) yang sudah memiliki antibodi 86,6 persen. Datanya menunjukkan, imunitas paling tinggi itu kalau terjadi kombinasi antara infeksi ditambah vaksinasi. Jadi, suka atau tidak suka, urut-urutan penting ya," ucap Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers terkait Hasil Serologi Survei Nasional di Gedung Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Jumat (18/3/2022).

"Mending kita vaksinasi dulu, baru ketularan. Karena vaksinasi melindungi hospitalisasi (tingkat perawatan masuk rumah sakit) risiko lebih rendah daripada kena duluan (terinfeksi), kemudian divaksinasi. Pesan buat masyarakat, tolong vaksinasi secepat-cepatnya."

4 dari 4 halaman

Vaksinasi COVID-19 Cegah Hospitalisasi

Budi Gunadi Sadikin kembali mengingatkan pentingnya vaksinasi COVID-19. Bahwa vaksinasi yang juga menciptakan antibodi atau kekebalan itu mencegah hospitalisasi dan kematian, bukan mencegah penularan COVID-19.

"Yang perlu diingat, antibodi ini tidak mencegah penularan, tidak mencegah transmisi, melainkan mencegah hospitalisasi, mencegah kematian. Itu sebabnya, kita lihat di bulan Januari 2022, walaupun sudah tinggi (antibodi) 86,6 persen, jumlah kasusnya naik lebih tinggi dari varian Delta," ujarnya.

"Akan tetapi, hospitalisasinya seperempat atau seperlima dari Delta, kematiannya pun jadi sepersepuluh dari Delta. Kemudian, kalau enggak mau tertular (COVID-19), pakai masker."

Pandu Riono dari Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menambahkan, survei antibodi melihat berapa banyak sebenarnya tingkat penduduk atau proporsi penduduk yang sudah mempunyai kekebalan.

"Kekebalan memang menjadi dasar, bagaimana kita mengendalikan pandemi. Upaya sistematik dilakukan dengan vaksinasi. Jadi, apapun jenis vaksin ya yang penting adalah respons imun terhadap penduduk dengan vaksinasi dan juga riwayat infeksi (antibodi alami)," tambahnya.