Liputan6.com, Jakarta Data berdasar pemodelan yang dilakukan gabungan beberapa badan dunia, yaitu WHO, UNICEF, UNFPA, Bank Dunia, dan the United Nations Population Division menyebutkan disebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia tahun 2017 adalah 177 per 100.00 kelahiran hidup.
Bila dibanding negara lain maka angka ini adalah cukup tinggi. Dengan pemodelan yang sama menunjukkan angka kematian ibu pada 2017 di Malaysia adalah 29, Thailand 37, Filipina 121, dan India 145. Jadi, angka Indonesia berdasar pemodelan ini yang 177 sudah lebih tinggi dari negara-negara tetangga.
Baca Juga
Apalagi kalau pakai angka yang tercantum Buku Putih Reformasi Sistem Kesehatan Nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian PPN/ Bappenas pada Maret 2022 yang sama dengan angka di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024. Disebutkan bahwa Angka Kematian Ibu Indonesia adalah 305 per 100.000 kelahiran (sebagai base line 2019). Target yang harus dicapai pada tahun 2024 adalah 183 per 100.000 kelahiran hidup.
Advertisement
Dua data di atas menunjukkan bahwa peringatan per 21 April 2022 ini harus jadi momentum untuk menggalakkan kegiatan menurunkan Angka Kematian Ibu, para Kartini kita di masa ini dan masa depan.
Sementara itu, berdasar data Kementerian Kesehatan maka pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) sepanjang tahun 2021 untuk pelayanan kesehatan Ibu Hamil adalah 61,8 persen, sementara untuk pelayanan kesehatan Ibu Bersalin adalah 62,2 persen.
Sementara itu, untuk anak, capaian SPM tahun 2021 untuk pelayanan kesehatan bayi baru lahir adalah 64,1 persen dan untuk balita adalah 55,5 persen. Disebutkan juga bahwa pelaksanaan SPM untuk pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar pencapainnya adalah 37,3 persen. Semua angka ini targetnya harusnya adalah 100 persen.
Artinya, masih amat banyak kerja yang harus ditingkatkan. Dan, mari kita mulai dari Hari Kartini 21 April 2022 ini. Sesudah 147 tahun Ibu Kartini maka masih tetap Angka Kematian Ibu kita tetap belum dapat dikendalikan dengan baik.
Â
Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUIMantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes