Liputan6.com, Jakarta - Mendapatkan diagnosis hidup yang tak lagi panjang bukanlah hal mudah. Perasaan campur aduk sangat mungkin menyelimuti, terutama bila ada penyakit kronis yang mengiringinya.
Hal tersebut terjadi pada Job Loei, seorang pria berusia 57 tahun asal Singapura yang hidup bersama penyakit ginjal kronis (PGK) sejak usia muda.
Baca Juga
Kala itu, usianya baru menginjak 18 tahun. Loei diberitahu bahwa dirinya memiliki sisa hidup selama tujuh tahun lagi karena memiliki glomerulonefritis kronis di kedua ginjal.
Advertisement
Kondisi tersebut mengacu pada peradangan pada filter kecil organ. Kabar yang sungguh mengejutkan bagikan karena dirinya merupakan seorang atlet di sekolahnya dan tidak memiliki riwayat penyakit ginjal apapun di keluarganya.
"Itu adalah salah satu pengalaman yang paling tidak terlupakan dalam hidup saya. Saya naif dan tidak menyadari bahwa itu adalah kondisi yang serius, saya pikir itu bisa diobati," ujar Loei dikutip Channel News Asia, Kamis (21/4/2022).
Tak dapat dipungkiri, Loei mengungkapkan bahwa dirinya merasa panik dan mual bila harus bertemu dengan dokter setiap kunjungannya.
"Saya merasakan serangan panik dan merasa mual karena takut mendengar lebih banyak berita buruk, dan kecemasan akan berlangsung beberapa hari setelah setiap pertemuan dengan dokter," kata Loei .
"Tetapi setelah beberapa saat, hidup saya akan kembali normal. Begitulah kita sebagai manusia, bukan? Kita menerima situasi kita dan kembali ke kehidupan. Tetapi kecemasan itu akan memuncak lagi pada pertemuan saya berikutnya. Itulah hidupku saat itu," Loei menambahkan.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hanya boleh minum 500ml air
Kondisi yang terjadi pada Loei menyebabkan dirinya tidak bisa mengonsumsi air dengan cukup. Dirinya hanya memiliki kuota cairan sebanyak 500ml dalam satu hari.
Kuota tersebut tidak hanya mencakup air putih, tapi juga makanan atau minuman seperti kopi, teh, jus, sup, kuah-kuahan, atau bahkan bubur yang dapat berkontribusi terhadap asupan cairan tubuh.
Hal ini lantaran buang air kecil atau tidak sama sekali akan berdampak pada penurunan fungsi ginjal. Artinya, penumpukan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan masalah seperti masalah jantung atau cairan di paru-paru jika Loei tidak mengontrol asupan cairannya.
Tak berhenti di sana, Loei juga sangat familiar dengan fistulanya. Lengannya harus tergores karena dirinya harus memiliki fistula arteriovenosa atau AV yang dibuat melalui sebuah operasi.
"Pengalaman yang saya alami di MRT adalah ada dua pemuda yang bereaksi sangat terkejut melihat lengan saya, karena ada benjolan tebal seperti keloid yang mengalir sepanjang lengan," ujar Loei .
Meski begitu, Loei juga bukanlah sosok yang pucat atau terlihat lemah. Dirinya justru terlihat bugar dan aktif, bahkan dirinya bekerja sebagai manajer pada sebuah organisasi nirlaba.
Advertisement
Gejala awal
Loei menceritakan bahwa pada usia 20-an, dirinya mulai merasakan gejala gagal ginjal. Seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, masalah tidur, buang air kecil berlebihan atau justru kurang, dan penurunan kondisi mental, serta kram otot.
"Penyakit ginjal sedemikian rupa sehingga Anda tidak merasakan gejala apapun pada awalnya. Saya baru merasakan gejala muncul pada usia 24 atau 25 tahun," kata Loei .
Selain itu, Loei juga memiliki asam urat yang sangat menyakitkan dan hipertensi ringan. Kondisi tersebut tak hanya mempengaruhi kondisi tubuhnya, melainkan juga kisah cintanya.
"Pacar saya tahu tentang kondisi kesehatan saya dan menerimanya. Tapi orangtuanya? Tidak begitu. Sulit pada awalnya. Saya mengunjungi orang tuanya dan saya jujur ​​dengan mereka. Saya bersyukur bahwa mereka akhirnya memberi kami berkah mereka. Dia sekarang istri saya," ujar Loei .
Saat itu, dokter juga tidak menjelaskan pada Loei terkait kondisinya secara gamblang, termasuk soal kondisi ginjalnya. Dokter justru hanya memberitahu soal sisa hidupnya.
"Saya diberitahu bahwa ginjal saya rusak tetapi saya tidak tahu sampai sejauh mana. Dokter tidak menjelaskan kepada saya stadium CKD saya," kata Loei .
"Sebaliknya, dokter itu memberitahu saya untuk jangan berharap untuk hidup lebih lama dari tujuh tahun," sambungnya.
Depresi dan ketakutan
Hari-hari gelap pun dilalui oleh ayah satu anak tersebut. Ia menjadi pribadi yang diliputi depresi dan ketakutan. Pada usia 27 tahun, Loei pertama kalinya menjalankan prosedur AV fistula dan menjalani hemodialisis.
"Putra saya berusia sekitar dua tahun ketika saya mulai dialis. Istri saya merasa sangat tidak berdaya dan tidak tahu harus berbuat apa. Orang tua saya mulai menyalahkan diri mereka sendiri atas bagaimana kesehatan saya berubah," ujar Loei .
Ginjal orang yang sehat akan menyaring sekitar 90ml hingga 120ml darah per menit. Namun, pasien dengan gagal ginjal hanya menyaring kurang dari 15ml darah per menit.
Loei pun tidak ingin membiarkan hal negatif dalam dirinya mempengaruhi orang yang dicintainya, dan disitulah titik baliknya.
"Aku harus kuat, setidaknya untuk anakku. Saya mungkin tidak akan hidup lama, tetapi meskipun demikian, saya masih bisa memberi anak saya masa kecil yang baik. Jadi saya memutuskan untuk berubah," kata Loei .
Dua dari pencapaian terbesarnya di kursi dialisis adalah mendapatkan gelar master dalam pekerjaan sosial dan konseling di Monash University, Australia.
Kini, ia pun masih hidup pada usia 57 tahun. Joe juga aktif berolahraga di gym dan mengikuti aktivitas fisik outdoor.Â
Advertisement