Liputan6.com, Jakarta Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyampaikan, antibodi 99,2 persen pada masyarakat Jawa Bali bukan indikasi bahwa masyarakat boleh melepas masker dan protokol kesehatan COVID-19 lainnya seperti halnya di Amerika Serikat.
Menurut epidemiolog yang juga tim survei tersebut, Pandu Riono, survei yang dilakukan pada Maret 2022 menunjukkan bahwa 99,2 persen warga di wilayah keberangkatan dan tujuan mudik Jawa Bali sudah memiliki antibodi. Baik antibodi dari infeksi COVID-19 maupun dari vaksinasi yang sudah dijalani.
Baca Juga
“Tetapi bukan berarti kita melepas protokol kesehatan, kita tetap harus mendorong masyarakat untuk tetap patuh prokes supaya tetap sehat selama perjalanan karena pandemi belum selesai."
Advertisement
“Bukan berarti lepas masker, yang ada malah peningkatan kasus lagi,” kata Pandu dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Rabu (20/4/2022).
Senada dengan Pandu, epidemiolog Dicky Budiman juga mengatakan bahwa potensi lonjakan COVID-19 khususnya pasca mudik lebaran tetap ada.
“Potensi adanya peningkatan kasus pasca mudik tentu tetap ada karena bagaimanapun kita masih memiliki populasi rawan yang jumlahnya kurang lebih 20 persen. Baik karena belum divaksinasi atau karena penurunan imunitas,” ujar Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan video Senin (18/4/2022).
Dengan proporsi yang kurang lebih 20 persen ini, jika merujuk populasi Indonesia yang mendekati 300 juta tentu ini sudah sangat signifikan. Bahkan, jumlahnya melebihi jumlah penduduk Singapura, Kamboja, dan Laos.
“Ini tentu juga membawa kerawanan tersendiri karena sebarannya yang terutama di daerah perifer, di daerah yang cakupan vaksinnya belum memadai, bukan hanya di luar Pulau Jawa tapi juga di sebagian Pulau Jawa. Terutama yang bukan wilayah aglomerasi.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Diperlukan Upaya Mitigasi
Dengan adanya potensi itu, lanjut Dicky, maka diperlukan upaya mitigasi. Sebelum potensi lonjakan sampai ke kelompok rawan, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk melindungi baik dari sisi akselerasi atau percepatan vaksinasi maupun juga diuntungkan demografi yang didominasi usia muda.
“Perlu sekali mitigasi bukan hanya karena bicara mudik, tapi sebelum kita capai 90 persen vaksinasi dua dosis dan 50 persen vaksinasi 3 dosis maka mitigasi ini masih sangat penting.”
Pasalnya, dalam 3 tahun pandemi COVID-19, kelompok rentan yang 20 persen semakin mengerucut pada kelompok yang betul-betul rawan. Termasuk lanjut usia (lansia), komorbid yang belum vaksinasi, dan anak-anak di bawah usia 5.
Sedangkan, jika Indonesia abai terhadap mitigasi maka kelompok rentan yakni lansia, komorbid yang belum vaksinasi, dan anak di bawah usia 5 akan menjadi beban di fasilitas kesehatan.
“Jika mereka terpapar COVID-19, maka kemungkinan mengidap gejala berat sangat tinggi,” imbuh Dicky sambil mengingatkan bahwa masa krisis COVID-19 belum berakhir baik secara nasional maupun internasional.
Advertisement
Bercermin pada Kejadian di Amerika
Dicky juga menyinggung terkait kondisi COVID-19 di berbagai negara seperti Amerika, Eropa, dan China. Akibat abai terhadap protokol kesehatan, negara-negara tersebut kembali mengalami lonjakan kasus.
“Ini yang juga terjadi pada level global saat ini dengan subvarian BA2 yang saat ini meningkat di Amerika, Eropa, bahkan China saat ini melakukan lockdown.”
“Dan ini memberi pesan penting bagi kita bahwa COVID-19 khususnya varian Omicron saat ini yang mendominasi dunia harus menjadi hal yang kita antisipasi dan mitigasi betul.”
Walau demikian, Dicky tak memungkiri bahwa situasi COVID-19 di Indonesia sudah jauh membaik. Lonjakan yang terjadi pun tidak seperti dua tahun terakhir yang begitu besar.
“Tapi ingat, dengan populasi kita yang besar ini, ledakan sekecil apapun itu bisa berdampak signifikan. Oleh karena itu, mitigasi seperti memastikan orang mudik memiliki proteksi dan kemungkinan kecil menularkan virus itu menjadi sangat penting,” kata Dicky.
Intinya, jika ingin mudik dengan aman, maka memakai masker dan penerapan protokol lain disertai vaksinasi harus tetap dilakukan.
Warga Amerika Ramai-Ramai Lepas Masker
Belum lama ini, para penumpang pesawat di Amerika Serikat menyambut pencabutan mandat pakai masker di pesawat, kereta api, bus, dan angkutan umum.
Hal ini terlihat dari video amatir yang dibagikan ulang oleh New York Times di Instagram resminya pada Rabu, 20 April 2022.
Kegembiraan terlihat dari wajah penumpang pesawat setelah pilot mengumumkan bahwa penggunaan masker sudah opsional. Artinya, penumpang bisa memilih untuk memakai masker atau tidak.
Tidak hanya untuk penumpang, ketentuan bebas masker juga berlaku bagi para petugas pesawat.
"Penggunaan masker menjadi opsional sore ini untuk semua kru pesawat dan penumpang," kata pilot dalam video yang sudah ditonton lebih dari satu juta kali.
Mendengar hal tersebut, sontak para penumpang pun bertepuk tangan sambil berseru gembira. Banyak dari mereka yang langsung melepas masker saat itu juga dan memutarnya di udara.
Dari video yang diambil pada Senin 18 April 2022, ada pula beberapa penumpang yang tetap mengenakan masker dan tidak ikut larut dalam kegembiraan tersebut.
Terkait keputusan ini, banyak pakar kesehatan masyarakat bereaksi dengan waspada. Beberapa menunjukkan bahwa keputusan itu bertepatan dengan peningkatan kasus baru-baru ini.
Di sisi lain, tingkat booster masih rendah di antara lanjut usia (lansia) dan kelompok rentan lainnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC) mengatakan bahwa pihaknya tetap merekomendasikan pemakaian masker.
"Kami terus merekomendasikan agar orang memakai masker di pengaturan transportasi umum dalam ruangan saat ini," tulis CDC.
Advertisement