Sukses

Puasa Ramadhan Sudah Hari ke-20, Berat Badan Turun Enggak?

Mungkin Anda salah satu yang menjadikan Puasa Ramadhan kesempatan menurunkan berat badan

Liputan6.com, Jakarta - Segelintir orang menjadikan puasa Ramadhan momentum untuk menurunkan berat badan. Makan hanya dua kali dalam sehari diharapkan dapat membantu upaya mereka hidup lebih sehat.

Namun, pada banyak kasus, dapat dihitung dengan jari orang-orang yang berhasil memertahankan komitmen menurunkan berat badan selama bulan Ramadhan.

Karyawati di sebuah perusahaan swasta Ibu Kota, Reinanta, 36 tahun, enam bulan terakhir mengalami kenaikan berat badan yang cukup signifikan.

Usai berjuang melawan COVID-19, Reinanta mengaku sulit dalam mengontrol kebiasaan makan. Dia pun menjadikan puasa Ramadhan tahun ini untuk menurunkan berat badan. Tidak banyak, kok, hanya lima kilogram.

"Tujuan puasaku tetap lebih dominan, tapi ada motivasi lain di dalamnya. Aku pengin berat badanku turun. Pasca COVID-19, baju-baju pada enggak muat," kata Reinanta saat berbincang bersama Health Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Upaya tersebut tampaknya tidak berbuah manis. Puasa Ramadhan tersisa 10 hari lagi, tapi tiada ada perubahan yang dia alami. Reinanta pun menyadari bahwa dirinya masih saja sulit mengontrol nafsu makan.

"Kayaknya sih gagal," katanya sambil tertawa.

"Soalnya aku sudah WFO (work from office). Di kantor godaan untuk makan banyak saat buka ada saja. Kayaknya aku memang harus ke ahli gizi deh," Reinanta menambahkan.

Hal serupa juga dialami Meisyita, ibu dengan dua orang anak. Setelah melahirkan anak yang terakhir satu tahun lalu, bobot tubuhnya kian berat. Dia pun bertekad menurunkan berat badan di puasa tahun ini.

"Tapi kayaknya kagak berhasil," kata Meisyita.

"Aku nggak mau bilang 'Aku kan ibu yang masih harus menyusui, jadi harus makan banyak' karena kesannya cari pembenaran. Padahal, letak kesalahan ada di aku yang bisa belum mampu mengontrolnya," dia menambahkan.

Meisyita bahkan merasa bahwa berat badannya justru naik selama puasa Ramadhan,"Apalagi aku di hari ke-10 'dapat'. Bubar semua bubar.".

2 dari 4 halaman

Penyebab Berat Badan Tidak Turun Selama Puasa Ramadhan

Apa yang terjadi sama keduanya sejalan dengan penjelasan dokter spesialis gizi klinik Good Doctor Technology Indonesia, dr Vikie Nouvrisia A M.Gizi SpGK dalam webinar #GoodTalkSeries6 pada Jumat, 22 April 2022.

"Kalau ditanya normalnya turun berapa berat badan saat puasa, pahami dulu ada juga yang sebetulnya tidak turun," katanya.

"Semuanya tergantung dari asupan kalori seharinya. Biasanya, godaannya itu di saat berbuka puasa. Istilahnya, bukaan atau takjilnya terlalu banyak, sehingga kalori yang masuk pun sama saja," Vikie menambahkan.

Beda cerita kalau makannya tetap dua kali sehari dengan menu takjil yang tidak berlebihan. Menurut Vikie, dalam sebulan bisa turun satu sampai dua kilogram.

Dijelaskan Vikie, penurunan sebanyak itu memang terlihat terlalu sedikit. Namun, di situlah letak kehebatan tubuh kita yang mampu beradaptasi dengan baik.

"Tidak bisa turun terlalu banyak karena tubuh kita pada saat puasa ada adaptasi. Biasanya, menurun di awal dan nanti akan bertahan karena tubuh sudah beradaptasi dengan asupan yang sedikit. Dia pun berusaha memertahankan berat badan kita supaya tidak turun lagi sebenarnya," kata Vikie.

Nanti pada saat sudah tidak puasa Ramadhan lagi dan di saat pola makan kembali normal, Vikie menyarankan untuk tetap diatur pola dan jenis makanan yang disantap. Agar terjadi lagi penurunan berat badan.

"Biasanya seperti itu," ujarnya.

 

3 dari 4 halaman

Alasan Lain Berat Badan Tidak Turun Selama Puasa Ramadhan

Penjelasan yang kurang lebih sampai disampaikan ahli gizi yang saat ini tengah menempuh pendidikan Nutritional Science di Cornell University, AS, Mochammad Rizal.

Menurut Rizal, penyebab kegagalan utama puasa berat badan tidak turun adalah surplus kalori, yaitu kalori yang masuk lebih besar daripada kalori yang keluar. Alasannya pun beragam.

Pertama, aktivitas fisik jadi berkurang. Karena merasa sedang puasa dan ingin menghemat energi di siang hari agar tak haus, tidak sedikit yang jadi malas untuk banyak bergerak. Apalagi mau meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik.

"Padahal, puasa bukan menjadi alasan untuk tidak aktif secara fisik. Solusinya, tetap aktif bergerak seperti biasa, olahraga juga perlu tetap rutin dilakukan agar energi yang terbakar tidak turun dan metabolisme tubuh tetap baik," kata Rizal kepada Health Liputan6.com melalui aplikasi pesan singkat.

Alasan lainnya banyaknya godaan yang berasal dari makanan serta minuman tinggi kalori di bulan Ramadhan.

Coba saja tengok bazar-bazar di bulan Ramadhan. Di situ, berbagai macam jajanan dihidangkan. Kalau dilihat-lihat, kebanyakan adalah penganan tinggi gula, garam, dan lemak.

Ini semua, kata Rizal, tanpa sadar membuat kita jadi kalap dan lapar mata. Perasaan untuk mencoba semuanya pun muncul. Seolah-olah besok sudah tidak ada hari lagi.

"Bukannya tidak boleh dikonsumsi sama sekali, tetapi lebih ke bagaimana cara mengendalikan diri dan mengatur porsi dari konsumsi makanan dan minuman tersebut," ujar Rizal.

 

4 dari 4 halaman

Harus Bagaimana Agar Tidak Kalap Selama Ramadhan

Adapun solusi agar Anda tidak kalap saat berada di bazar Ramadhan adalah dengan membuat daftar jajanan dan minuman apa saja yang ingin dibeli.

"Lalu bagi rata dalam satu bulan, sehingga tidak menumpuk semua dalam satu hari," kata Rizal.

"Jangan datang ke bazar Ramadhan tanpa rencana, jalan random, dan akhirnya beli ini itu macam-macam semua yang pengin dilihat karena lagi puasa keliatan pengin semuanya," Rizal menambahkan.

Dengan merencanakan daftar jajanan seperti ini, kata Rizal, diharapkan dapat membantu mengontrol nafsu makan Anda.

Berapa Normalnya Berat Badan dan Lemak Turun Selama Ramadhan?

Menurut Rizal, normalnya berat badan selama puasa Ramadhan turun sebanyak 0,5 s/d satu kilogram per minggu atau dua s/d empat kilogram per bulan.

"Atau sekitar 0.5 s/d satu persen per minggu atau dua sampai dengan empat persen per bulan dari total berat badan saat ini. Kalau pun turun lebih banyak dari itu, kemungkinan besar yang hilang tidak semuanya lemak, melainkan juga kadar air dan massa otot," kata Rizal.

Sementara untuk massa lemak, Vikie, mengatakan, tentunya tidak ada panduan atau patokannya. Baru bisa diketahui apakah massa lemak turun atau tidak dengan pemeriksaan menggunakan alat.

 

"Alat pun sebenarnya itu tidak ada patokannya," katanya.

"Biasanya yang saya temukan pada pasien-pasien, biasanya turun sekitar satu sampai dua poin dari presentase awalnya. Biasanya seperti itu," ujar Vikie.